..
dan seharusnya (lagi) minggu lalu saya telah berhasil menyelesaikan Half Marathon kedua saya.
Tangerang, 22 maret 2020
Sudah hampir satu bulan terakhir sejak pandemi ini akhirnya menggemparkan Indonesia. Awalnya ada yang bersikap tidak tau menau, biasa saja, bahkan sampai melecehkan wabah penyakit ini dengan segudang lelucuan. Haha! Akhirnya menyerah juga. Ya saya salah satunya.
Jujur saja sampai saat ini saya merasa diri kuat, saya berolahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat , tidak merokok, dan bukan pecandu alkohol. Saya berpikir buat apa saya takut. Namun yang terjadi adalah wabah ini telah merusak semua rencana rapih yang telah dipersiapkan. Semuanya telah disusun apik. Saya sudah membeli tiket, lengkap dengan logistik dan playlist Spotify untuk pendakian saya menuju gunung Lawu dan Bukit Mongkrang yang terletak dekat dengan Lawu. Â Ah.. betapa indahnya menikmati suguhan keindahan Lawu dan sisi lainnya dari Bukit Mongkrang!
Saya pun sudah mempersiapkan fisik dengan latihan keras setiap hari untuk Half Marathon kedua saya dan telah  membayangkan betapa bahagianya menyentuh garis finish di kilomieter 21. Tapi, seketika semua event lari yang seharusnya dilaksanakan dalam waktu dekat ini, dengan sangat berat hati harus diundur bahkan ada yang dibatlalkan. Ya! Semua batal tanpa ampun! Â
Kesal? Pasti!
Saya termasuk bukan orang yang bisa tahan berlama-lama di rumah. Saya selalu berpikir ada banyak hal yang saya bisa lakukan di luar sana. Bertemu orang-orang baru, melatih fisik saya dengan olahraga, pergi ke beberapa event yang dapat menambah referensi visual saya, bahkan sampai beribadah pun semuanya .. woosh! berhenti seketika. oh mall jangan lupa, tutup semua. Wow! Great job Corona!
Mau sampai kapan sih 'gini terus?Â
Pertanyaan yang hampir setiap saat saya ucap walaupun sudah tahu jawabannya. Ya, tentu saja tidak ada yang tahu kapan semua ini akan berakhir. Ini bukan masalah perorangan, bahkan ini adalah wabah dunia (terlepas dari segala konspirasi yang melatarbelakangi wabah ini hmm) Karena sepertinya Corona memang punya banyak akal.
Mungkin saja virus tidak mempan di tubuh ini, tapi saya bisa menjadi pembawa virus untuk orang lain dan inilah yang jauh lebih saya takutkan. Penyebaran yang cepat dalam satu waktu membuat segala fasilitas kesehatan bisa saja tak mampu menampung lagi jumlah pasien.
Tapi ya saya bisa apa? Kita bisa apa?Â
Semua sektor nyaris terkena dampak lewat wabah ini. Jika kesehatan terganggu, ekonomi akan berdampak, orang akan mulai bingung bagaimana harus bertahan untuk hidup dan tak menutup kemungkinan isu sosial akan juga mulai bermunculan.Â
Selagi akal sehat masih berjalan selagi hati masih bisa didengar, cobalah sadar setiap saat bahwa ini adalah masalah bersama. Ikutlah berkonstibusi dalam setiap solusi, walaupun kecil. Mencoba untuk tidak menjadi keras kepala. Mengikuti aturan dan segala anjuran yang diberikan. Tak lupa untuk terus menjaga gaya hidup sehat karena jelas saya tidak sudi jika penghasilan saya hanya untuk pengobatan fisik semata. We want to thrive not just survive!Â
Jelas kita tidak dapat mengontrol apa yang terjadi di luar sana. Semuanya datang dan pergi, terjadi dengan sangat tiba-tiba, berubah dengan cepatnya. Ingat ini, satu hal yang pasti adalah ketidakpastian, dan yang tak pernah berubah hanyalah perubahan. Percayalah tidak ada yang kekal di bawah kolong langit ini, semuanya sementara. Tugas kita hanya perlu menyesuaikan segala ritmenya, dan mencoba lebih peka dengan segala perubahan untuk melakukan yang terbaik yang kita bisa berikan.Â
#tetapsehat
#dirumahaja
#bosendikit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H