Mohon tunggu...
sastrabiru
sastrabiru Mohon Tunggu... GURU -

Pak Guru. kurang piknik, kelebihan ngopi.~

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Benih

20 April 2016   21:47 Diperbarui: 20 April 2016   21:53 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keringat membahasahi hari yang gersang, menumbuhkan beni baru, beni kebencian.
Kebenaran serasa tua, semakin usang, lapuk ditelan kebodohan.

*

Tak perlu ada makna dalam setiap rasa
Tak perlu ada utang dalam setiap budi yang luhur
Tak perlu ada kebenaran yang diperjuangkan, karena tak ada harga untuk kemanusiaan di tanah moyang yang sayang ini: benar salah, semurah dosa.

*

Manusia semakin pintar, nahu nya sejingkal menyentuh langit, sayangnya menginjak rumput yang tak mengenal dosa.

*

Sajak ini ditulis dari pena bertinta air mata. Air mata manusia, air mata Tuhan yang tak tertebus rupiah.

*

Tak perlu kau tafsir aku, aku bukan mimpi
Tak perlu kau kejar, aku bukan waktu


*

Biarkan aku menjadi miskin dengan buku-buku dan utopia tentang keadilan
Dan kau, kaya dalam dusta-dusta yang barokah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun