Mohon tunggu...
Vicky Maghfiroh
Vicky Maghfiroh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jika orang lain bisa, kenapa saya tidak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pilihan dan Kodrat

26 Desember 2020   23:57 Diperbarui: 26 Desember 2020   23:59 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mencoba keluar dari zona nyaman, menginginkan hidup mandiri namun tetap bersosialisasi dengan orang lain. Seiring bertambahnya usia, bertambahnya kawan pula yang dari latar belakang berbeda-beda, tentu pemikiran-pemikiran kita juga semakin bertambah. 

Terkadang tanpa sadar kita memiliki pemikiran kiri, pemikiran berdasarkan pendapat para ahli filsuf. Seorang ahli filsuf terkadang pemikirannya bertentangan dengan kodrat, jika kita tidak mampu menguasai diri kita sendiri.

Ada seorang perempuan yang pemikirannya sudah terjun ke pemikiran kiri, seperti sudah berpatokan dengan pemikiran tersebut, hingga ia melalaikan kewajiban sebagai seorang muslimah. 

Itu karena mereka belum mampu menguasai dirinya sendiri. Namun, ada juga seorang perempuan yang pemikirannya sama dengan pendapat ahli namun ia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. 

Yang namanya pemikiran, tentu mengandalkan pikiran atau logika. Semua dikerjakan berdasarkan logika, berdasarkan analisa dan bukti, terlihat nyata dan manusia akan lebih percaya itu. 

Dan dari hal itu beberapa orang akan memiliki kebebasan dalam membawa hidupnya kemana. Namun kembali lagi pada pedoman hidup kita, tentang takdir, kodrat kita sebagai perempuan. 

Dimana harus melindungi dirinya dari pandangan lawan jenis khusunya, harus sadar akan kodratnya sebagai perempuan harus bagaiman. Namun tetap harus memiliki pilihan hidup yang tidak menyimpang dengan kodrat. 

Harus seimbang antara pilihan dengan kodrat. Kebebasan dalam memilih hidup tentu hak setiap orang namun disertai landasan dan tetap berdasarkan pedoman hidup.

Sebagai perempuan yang banyak aturan dalam memilih hidup harus memiliki pendirian dan pondasi hidup untuk yang lebih baik. Harus mampu menerima keadaan budaya yang ada di daerah masing-masing. Dimana kebanyakan daerah yang masih ada istilah "Budaya Patriaki.

Nah, sebagai perempuan milenial harus mampu mempengaruhi masyarakat tentang perempuan yang tidak harus di rumah saja yang tugasnya hanya mengurusi rumah saja. 

Namun, jika memiliki penghasilan sendiri, itu akan ikut mempermudah beban keluarga. Harus membuktikan jika sebagai perempuan juga mampu menjadi seorang pemimpin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun