Persoalannya lagi, ternyata banyak ibu hamil yang nggak jalan-jalan ke tenaga kesehatan karena nggak dianterin suaminya. Suaminya cuman ngehamilin, tapi nggak ngesponsorin pemeriksaan istrinya.Â
Termasuk ketika istrinya bilang, "Pa, ini ada resep dari Bu Dokter Kandungan buat beli suplemen zat besi, kudu ditebus.."Â
Lalu suaminya bilang, "Lho, kan kemaren kamu sudah saya kasih duit belanja?"
Makanya di sini kelihatan kan, yang sadar gizi cuman ibu hamil doang, tapi bapaknya belum tentu. Calon kakek-neneknya juga belum tentu ngerti lho.Â
Anehnya, kalau neneknya ditanyain jalan cerita Ikatan Cinta di tipi, hapal deh sampai ke nama-nama pemeran tokohnya..
Sehingga banyak orang setuju, Posyandu yang jadi tangan panjang Pemerintah buat nurunin kejadian stunting, nggak bisa bergerak sendirian.Â
Ibu-ibu hamil kan bisa diedukasi di Posyandu ya. Tapi apa bapak-bapak dan kakek-nenek juga bisa diedukasi Posyandu? Kan mereka nggak ke Posyandu?
Percepatan Penurunan Stunting dengan Iklan
Terbersitlah pemikiran lain. Bapak-bapak tidak ke Posyandu, tapi kan mereka nonton YouTube. Lansia juga nggak ke Posyandu, tapi kan mereka masih nonton tivi.Â
Jadi edukasinya nggak lewat YouTube dan tipi aja? Bukankah dulu jaman tahun '80-90-an BKKBN sukses ngajarin rakyat tentang KB melalui iklan-iklan di tivi?
Maka terbersitlah suatu perusahaan swasta bernama Danone buat bikin iklan layanan masyarakat. Iklan ini merupakan bentuk kolaborasi Pemerintah dan Danone dalam mendukung pencegahan dan percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.
Iklannya berupa video lho. Ceritanya, tentang sepasang suami-istri yang baru hamil dan berusaha mencegah stunting.Â