Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... Penulis - Food blogger Indonesia

Saya melakukan food blogging di http://vickyfahmi.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Anak Kegemukan, Apakah Sehat?

24 Oktober 2021   15:00 Diperbarui: 25 Oktober 2021   12:47 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak kegemukan, apakah sehat? Orang-orang mulai sering mempertanyakan ini semenjak situs-situs edukasi parenting makin booming dalam 5 tahun terakhir. Kalau sekarang mulai nongol kecurigaan bahwa anak yang gemuk terus itu bakalan jadi obesitas ketika dewasa.

Obesitas itu pertanda ada gizi yang masuk ke dalam tubuh anak, tapi nggak diolah menjadi nutrisi yang efisien.

Menghadapi Anak Kegemukan

Saya sendiri punya adik yang gemuk sejak kecil. Semula saya sangka karena ini turunan, sebab kedua orang tua kami juga gemuk. (Saya sendiri nggak gemuk sih.)

Menurut saya, adik saya itu overweight sudah sejak umurnya sekitar 5 tahunan gitulah. 

Ortu saya, seperti halnya ortu-ortu lain zaman itu, malah bangga bahwa anaknya gemuk. Karena menurut mereka, anak gemuk itu nggemesin. Gambar: olah pribadi via Canva/sumber gambar: 123rf.com.
Ortu saya, seperti halnya ortu-ortu lain zaman itu, malah bangga bahwa anaknya gemuk. Karena menurut mereka, anak gemuk itu nggemesin. Gambar: olah pribadi via Canva/sumber gambar: 123rf.com.

Ketika usianya mulai 10 tahunan, adik saya ini mulai cenderung lebih lamban kalau belajar, dan sering ngantukan. Dia juga minder. Dia sering diejek temen-temennya karena penampilannya, dan kena tekanan temen sebayanya, sehingga dia jadi insecure.

Adek saya mencoba ngurangin makan, tapi sering laper. Disuruh olahraga pakai VCD senam di rumah, lama-lama bosen. Ya udah deh, kegemukannya keterusan, sampai sekarang jadi dewasa yang obesitas.

Ibu saya sering berkata, mungkin salah satu kekhilafan yang dilakukannya sebagai orang tua, adalah lupa memantau pertumbuhan adek saya supaya nggak sampai kegemukan.

Memang sebetulnya, memantau pertumbuhan anak supaya nggak jadi gemuk ini bisa melalui alat bernama indeks massa tubuh (body mass index, BMI).

Bagaimana Anak Dikatakan Obesitas atau Hanya Overweight?

Beda dengan ortu saya yang produk zaman old, ortu zaman now yang anaknya masih kecil-kecil, umumnya sudah rajin memeriksakan BMI anak berdasarkan umur berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC). BMI ini sebetulnya dihitung dengan membagi berat dengan tinggi anak. 

Gambar body mass index menurut usia untuk anak laki-laki. Gambar: CDC.
Gambar body mass index menurut usia untuk anak laki-laki. Gambar: CDC.

Gambar body mass index menurut usia untuk anak perempuan. Gambar: CDC.
Gambar body mass index menurut usia untuk anak perempuan. Gambar: CDC.

CDC akan mengelompokkan status gizi anak menjadi beberapa persentil, tapi persentil yang terpenting untuk konteks gemuk ini adalah P85 dan P95. Jika persentilnya antara P85 sampai P95, anaknya disebut overweight. Sedangkan jika persentilnya melebihi P95, anaknya disebut obesitas.

Dampak Apa yang Bisa Disebabkan oleh Obesitas pada Anak?

Kebetulan saya ini dokter umum. Dulu saya sempat bantuin dokter meriksain anak-anak yang gemuk dan ternyata hampir semua anak yang gemuk itu punya masalah tambahan. Ortunya memeriksakan anaknya ke dokter itu bukan karena anaknya gemuk, tapi karena masalah lain.

Ada ortu yang bawa anaknya karena anaknya sering sakit perut. Ortu lainnya ngeluh anaknya nggak bisa napas dengan enak kalau tidur malem-malem, sehingga anaknya ngantukan di sekolah. Ada juga ortu yang dateng nganterin anak perempuan yang udah ABG, dan resah karena dia belum menstruasi. 

Semua anak ini datang dengan ngos-ngosan, nampak merana, gemuk, dan pemalu. Yang sakit perut, setelah diteliti lama, ternyata punya sakit empedu. Yang nggak bisa tidur enak, ternyata punya obstructive sleep apnea. Yang belum mens sih belum kelihatan masalahnya, tapi ortunya takut kalau-kalau besar nanti, gadis itu susah hamil.

Dan semua penyakit tambahan ini merepotkan karena ortunya jadi terpaksa langganan macam-macam dokter spesialis. Berobat sana-sini juga bikin anak bisa ketinggalan pelajaran. Padahal kalau dipikir-pikir, akar penyakit tambahannya ya karena gemuk. 

Dan sebagian besar anak ini udah gemuk sejak masih balita. Meskipun nggak sadar BMI, tapi ortunya inget waktu mendaftarkan sekolah itu beratnya berapa, sehingga sebetulnya anak-anak ini udah masuk persentil 85 semenjak TK. Dan ortu-ortunya malah bangga karena merasa punya balita berpipi tembem.

“Saya pikir gakpapa kalau anaknya dulu gemuk. Kata neneknya, gemuk itu sehat. Saya malah takut diomongin orang lain kalau anak saya kurus,” kata salah satu ortunya.

Setelah ini, saya jadi mikir, kalau kegemukan itu selalu membawa masalah tumbuh kembang, maka alangkah indahnya kalau para orang tua aware sejak awal bahwa obesitas itu harus dicegah. Karena anak itu kan sebetulnya nggak gemuk mendadak, tapi kudu melalui fase overweight dulu sebelum menjadi obesitas. Malah sebetulnya banyak banget kejadian di masa 1000 hari pertama kehamilan itu yang bikin anak jadi gemuk.

Jadi kalau (calon) orang tua bisa dididik semenjak sebelum hamil, maka anak-anak gemuk di Indonesia nggak perlu sampai 11-15% anak kayak sekarang kan? 

Dokpri
Dokpri

Bagaimana Mengatasi Masalah Obesitas pada Anak?

Karena masalah utamanya jelas pada berat badan, maka menurunkan berat badan ini jadi prioritas utama. Dan sesuai standarnya Ikatan Dokter Anak Indonesia, anak yang gemuk ini kudu diajak olahraga, anaknya kudu diet, dan lingkungannya perlu dikondisikan.

Olahraga untuk Obesitas pada Anak

Agenda utama olahraga ini adalah bikin bugar, plus menguatkan otot dan tulang.

Ketika orang tua saya dulu nyadar bahwa adek saya gemuk, mereka mengirim adek saya les berenang dan les balet. Selesai les, ortu saya memuji-muji adek saya karena dia agak langsingan. Ini mengobati rasa mindernya, karena pada zaman itu, belum banyak anak yang bisa balet dan berenang.

Berangkat dari pengalaman itu, maka kalau ketemu anak gemuk, saya selalu nanyain olahraga  kesukaannya. Lalu saya meminta ortunya untuk melakukan jenis olahraga kesukaannya itu 3x seminggu bareng anaknya, meskipun olahraganya cuman sepedaan di sekitar rumah. Pokoknya anaknya harus disuruh gerak.

Orang tua setiap anak gemuk itu selalu saya anjurin olahraga bareng anaknya 3x seminggu, masing-masing minimal 20 menit. Gambar: olah pribadi via Canva/sumber gambar: 123rf.com.
Orang tua setiap anak gemuk itu selalu saya anjurin olahraga bareng anaknya 3x seminggu, masing-masing minimal 20 menit. Gambar: olah pribadi via Canva/sumber gambar: 123rf.com.

Yang repot sebetulnya kalau sudah anaknya gemuk, ortunya pun mager. Kalau begini, yang saya suruh olahraga duluan adalah ortunya. Berhubung sifat alami anak ialah meniru ortunya, jadi kalau ortunya banyak gerak, maka anaknya biasanya akan ikutan banyak gerak juga.

Diet untuk Obesitas

Anak bisa sampai overweight atau bahkan sampai obesitas itu karena karbohidrat dan lemak yang masuk ke tubuhnya itu numpuk berlebihan, jadi kedua karbohidrat dan lemak ini kudu dibatasin. Cuman tantangannya, anak yang disuruh diet akan merana karena dia nggak betah laper.

Sebetulnya laper ini bisa diatasi kalau 1) dia diijinkan ngemil di sela-sela makan besar, dan 2) cemilannya berupa makanan yang tinggi serat.

Makanya pedoman diet para dokter untuk anak-anak itu terdiri dari maksimum 3 kali makan besar (pagi, siang, malem), dan harus ada 2 kali episode ngemil.

Cemilan yang dianjurkan umumnya adalah buah. Soalnya buah itu umumnya tinggi serat. Serat ini penting buat menjaga perut tetap kenyang. Alhasil, pada waktunya anak makan besar, anak tidak merana meskipun makanannya dibatasin karena perutnya masih separuh kenyang akibat cemilan tadi.

Buahnya sebetulnya boleh buah apa aja, yang penting buahnya seger, bukan buah olahan. Soalnya buah olahan pabrik itu umumnya udah ada tambahan gulanya, padahal anak yang overweight kudu dibatasin dalam mengasup gula.

Saya juga ngajarin orang tua bahwa dalam urusan diet anak-anak, makanan itu bisa dilihat menurut Diet Traffic Light System. Menurut sistem ini, secara garis besar ada 3 macam, yaitu:

  1. Makanan yang boleh dimakan saban hari, yaitu makanan yang tinggi vitamin, mineral, dan serat, tapi rendah kalori, asam jenuh, gula, dan garam.

  2. Makanan yang boleh dimakan, tapi jangan tiap hari, yaitu makanan yang mengandung vitamin, mineral, serat, boleh mengandung kalori, asam jenuh, gula, atau garam asalkan dalam jumlah sedang.

  3. Makanan yang cuma boleh dimakan tiap minggu, yaitu makanan yang tinggi kalori, asam jenuh, gula, dan garam.

Dokpri
Dokpri

Sama kayak anak-anak remaja overweight lainnya, adek saya dulu sering gagal diet karena kesulitan menahan lapar. Dia memang nggak sempat ngemil lantaran sekolahnya padat. Nggak ada ide buat bawa buah sebagai bekal karena selain ribet (harus cuci tangan segala), juga ortu saya sering lupa beli buah karena memang aslinya nggak rutin makan buah.

Makanya saya sendiri juga sekarang mikir, kita semua nih ya, gemuk nggak gemuk, sebaiknya rutin makan buah tiap hari. 

Modifikasi Mindset Lingkungan

Sebetulnya yang ngobatin anak overweight dan obesitas itu nggak cuman dokter doang. Tapi ortunya juga harus aktif ngobatin. 

Dari yang saya temukan, anak-anak gemuk yang melangsing ternyata karena ortunya ikut menyemangati olahraga dan disiplin ngatur pola makan anaknya.

Ada juga beberapa anak yang sudah olahraga dikit, tapi tetep gemuk, lalu depresi karena ternyata nggak tahan bully-an lingkungannya. Gambar: Canva.
Ada juga beberapa anak yang sudah olahraga dikit, tapi tetep gemuk, lalu depresi karena ternyata nggak tahan bully-an lingkungannya. Gambar: Canva.

Kadangkala anak juga sedih karena badannya kok nggak langsing-langsing. Memang sih, untuk turun 2 kg aja, rerata anak itu bisa butuh sampai 3 bulan.

Beberapa ortu sering sungkan ngelanjutin diet anaknya karena direcokin kakek-neneknya yang malah menyuruhnya makan banyak-banyak. Sebab mereka masih terperangkap dalam mindset salah bahwa gemuk itu tanda sehat. 

Padahal anak yang dibiarkan gemuk, bisa obesitas terus sampai dewasa. Obesitas ini menuntun pada penyakit-penyakit lebih lanjut seperti kencing manis, jantungan, darah tinggi, encok, alergi, dan lain-lain yang membuat kualitas hidup jadi jelek. 

Banyak penyakit bisa dicegah kalau kita tidak gemuk. Dan mencegah orang jadi gemuk itu sudah bisa dilakukan semenjak orang itu masih kanak-kanak. Makanya, kalau nggak mau jadi dewasa yang gemuk, ketika masih kecil pun jangan gemuk duluan.

Termasuk pendidikan mencegah gemuk sebaiknya masuk juga ke sekolah-sekolah. Guru-guru sebaiknya nyadar mana murid-muridnya yang gemuk dan susah menerima pelajaran. Guru juga mesti ngajarin bahwa menyembuhkan overweight itu berproses, sama seperti berproses menerima pelajaran sekolah itu sehari-hari.

Mengatasi Penyakit Obesitas adalah Berproses

Adik saya sekarang, yang kini masih obesitas dan sudah punya anak sendiri, masih berusaha menurunkan berat badannya. Dia mengajari anaknya makan sehat supaya nggak sampai overweight kayak dia. 

Kami juga cenderung ngajakin anak-anak teman-teman kami yang masih kecil-kecil buat challenge olahraga atau menari-nari dan saling pamer resep buah, supaya anak-anak kami nggak ada yang sampai overweight

Karena kami kepingin anak-anak kami tumbuh jadi orang dewasa yang sehat, dan lebih gampang untuk tetap sehat jika sedari kecilnya nggak gemuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun