Seorang wisatawan yang mungkin hanya punya waktu 1 hari untuk pergi ke daerah Borobudur, bisa menghabiskan separuh harinya untuk belajar di balkondes, lalu diakhiri dengan jalan-jalan ke Candi Borobudur.
Di balkondes, pengunjung tidak cuman belajar keterampilan. Tapi mereka juga belajar mengenal kehidupan rakyat lokal. Mereka makan bersama pengelola balkondes, di ruangan yang mirip dengan ruangan rumah rakyat sehari-hari, dengan menu rakyat lokal sehari-hari. Jadi, mereka betul-betul merasakan hidup seperti warga lokal Borobudur.
Mendanai Balkondes
Kecamatan Borobudur, setahu saya terdiri dari 20 desa, jadi ada 20 buah balkondes yang bisa dipilih wisatawan untuk meluangkan waktunya. Rakyat sendiri tidak begitu mudah dalam membuat balkondes-balkondes ini, terutama jika dihitung dari modal dan sumber daya manusia.
Untuk memperoleh modal, balkondes-balkondes ini banyak memperoleh bantuan dari Kementerian BUMN. Tiap balkondes didanai oleh BUMN yang berbeda-beda.Â
Seperti Balkondes Ngargogondo, misalnya, yang banyak menyosialisasikan permainan anak, pembangunannya dibiayai oleh Perusahaan Pegadaian. Balkondes Tuksongo, dibiayai oleh PT Telkom. Balkondes Karangrejo, dibiayai oleh Perusahaan Gas Negara.
Pembiayaan ini nggak cuman sekedar mengucurkan modal. Para pendonasi juga membiayai pelatihan tenaga kerja yang kelak dipekerjakan di balkondes, terutama diajari tentang kursus komunikasi dan hospitality. Sebab, sebagian balkondes tidak cuma melayani wisatawan yang ingin belajar, tapi juga sekaligus membuka penginapan berupa homestay.
Homestay a la Balkondes
Banyak balkondes yang juga membuka homestay bagi wisatawan yang ingin belajar. Meskipun namanya homestay, tapi saya sendiri lebih suka menyebutnya pondok wisata atau guest house.
Homestays milik balkondes didesain dengan apik, melihatnya saja seperti deretan bangunan cottages kecil. Karena bentuknya seperti cottages, maka pengunjung bisa merasakan tinggal di desa lengkap dengan pemandangan landscape, plus suara fauna khas hutan dan sawah.
Saya menginap di salah satu balkondes itu selama beberapa hari. Rasanya memang seperti menjadi bagian dari penduduk Borobudur itu sendiri.