Orang memainkan musik ketika sedang di pasar. Orang memainkan musik ketika sedang menghadap bangsawan. Genre musik yang dimainkan ketika sedang berada di pasar, berbeda dengan genre musik yang dimainkan ketika sedang berada di rumah bangsawan.
Orang-orang di pasar lebih sering memainkan alat-alat musik yang ritmik, misalnya kendang, simbal, atau damaru. Mungkin suasana untuk memainkan musiknya juga lebih bising, kelihatan di relief Karmawibhangga yang lebih banyak bercerita tentang kehidupan duniawi masyarakat.Â
Berbeda jauh dengan orang-orang yang bermain musik di rumah bangsawan atau istana, lebih banyak didominasi gambang dan suling. Sepertinya ambience yang diharapkan juga lebih syahdu, itu kelihatan di relief Awadhana Jataka.
Instrumen yang dipahat di relief-relief itu, saat ini ternyata tersebar secara merata di seluruh Indonesia. (Bahkan termasuk di pulau Papua, yang paling terakhir bebas dari buta huruf di Indonesia.)
Bahkan, banyak juga instrumen yang terpahat di relief itu, saat ini tidak berada di bumi Indonesia, tetapi bisa ditemukan persamaannya di luar negeri. Beberapa instrumen di relief itu bahkan baru pertama kali saya dengar namanya, misalnya dombra. Dombra ini sebetulnya instrumen petik, yang menggunakan senar, berada di Kazakhstan, tapi bentuk reliefnya ada di Borobudur.
Ada juga instrumen bernama udu, yang sebetulnya seperti guci tempat air, tapi diberdayakan menjadi instrumen pukul. Saat ini udu itu ditabuh sebagai pengganti drum di Nigeria, tapi, ya.. bentuk reliefnya bisa ditemukan di Borobudur.
Begitu beragamnya instrumen yang terpahat pada relief Borobudur. Tapi kenapa, pengetahuan masyarakat sekitar Magelang dan orang Indonesia masa kini tentang instrumen tradisional lebih didominasi gamelan?
Nyatanya, turis-turis mancanegara, kalau datang ke Magelang, paling banter hanya dipertunjukkan seni gamelan. Tak ada yang bercerita tentang sampe. Dombra. Biwa. Padahal instrumen-instrumen tadi ada di reliefnya Borobudur, kan?
Perlunya Proyek Lanjutan Sound of Borobudur
Saya merasa, kalau kita mau merayakan keanekaragaman alat musik pada relief di Borobudur yang merupakan aset berharga Wonderful Indonesia ini, nggak cukup hanya dengan bertepuk tangan melihat Dewa Bujana dan Trie Utami memimpin rekan-rekannya memainkan kecapi di saluran YouTube-nya Sound of Borobudur.