Aku mengangguk dan duduk di sebelah Censi. Kuambil makan siang dengan lauk menggiurkan. Ibu membuka toko kue online. Katanya untuk uang jajan kami. Sementara uang Ayah untuk biaya sekolah.
Agar tidak terlalu membebankan, mulai bulan kemarin aku dan Censi bekerja di bimbingan belajar. Aku mengajar matematika, sedangkan Censi mengajar Fisika. Gajinya lumayan lah bisa buat jajan tipis-tipis.
"Mbak Adel kan sudah besar, buat apa dicek lagi? Kalau lapar ya makan, kalau kenyang ya nggak usah makan." Censi mengupas kulit jeruk. Percikan sari jeruk ikut menciprat. Kubuat jarak dengan Censi. Bulu kudukku mendadak merinding mencium aroma asam jeruk.
"Ya daripada Mbak Adel sakit. Kita semua yang repot."
Censi dengan santai mengunyah jeruk yang terlihat asam. Aku sampai mengernyit. "Terserah. Kebiasaan nanti. Manja.
Kucubit lengan Censi. "Hus kebiasaan. Mulutnya pedes."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H