Perang apapun bentuk dan alasannya, selalu menimbulkan banyak kerugian baik materil ataupun non materil. Kerugian materil akibat perang selain dari kehilangan jiwa, tempat tinggal juga timbul kehilangan kejiwaan. Faktor kejiwaan ini yang tidak pernah disinggung didalam hitungan kerugian akibat perang.
Didalam peperangan, semua pihak pasti akan melakukan berbagai cara untuk menang. Tidak ada yang namanya perang yang adil ataupun beretika, yang ada adalah penghalalan segala cara dalam menguasai wilayah dan kekuasana. Didalam suatu konflik peperangan, tidak sedikit korban jiwa di pihak sipil yang diartikan sebagai korban sampingan. Apapun namanya itu, tetap itu adalah jiwa manusia merdeka, bukan benda.
Korban jiwa pun berkembang dari yang tadinya tidak disengaja, menjadi disengaja sedemikian rupa dengan tujuan untuk mempengaruhi psikologi lawan. Korban jiwa pun tidak hanya betul-betul kehilangan jiwa dan raga, namun juga bisa kehilangan mental, spiritual dan logika. Sebagai contoh adalah perkosaan yang disengaja ketika perang.
Walaupun pada ujungnya diakhir peperangan ada pengadilan perang untuk mengadili mereka-mereka yang melakukan hal yang disengaja tersebut, namun pengadilan tersebut biasanya hanya dibuat oleh pemenang perang untuk mengadili pihak yang kalah. Seperti sebuah pepatah, sejarah ditulis oleh pemenang. Lalu bagaimana dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pemenang perang. Terlupangan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H