Mohon tunggu...
Victor Hamel
Victor Hamel Mohon Tunggu... -

Tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bersama Pluralitas: Dari Pengakuan Menuju Penerimaan

25 Maret 2010   19:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.(Matius 5:45)

Teks di atas merupakan bagian dari dekonstruksi Yesus terhadap pesan-pesan Hukum Taurat. Jika kita membaca keseluruhan perikop dari Matius 5:17-48, maka kita akan melihat bagaimana Yesus membongkar pemahaman model Taurat dan merumuskannya ulang dalam model pemahaman yang bertolak belakang dengan gaya Taurat. Konsep melawan musuh diganti dengan mengasihi musuh, ditampar pipi kanan berikan juga pipi kiri mu, dll. Bagi Yesus, dekonstruksi pemahaman Taurat ini menjadi begitu penting artinya guna memaknai ulang pemahamanNya tentang Kasih bagi sesama. Jika dalam konteks Taurat sesama sering dimaknai dalam kategori-kategori yang eksklusif, maka sesama dalam koteks ajaran Yesus adalah bagia siapa saja, bahkanbagi orang yang jahat dan tidak benar sekalipun. Bagi orang Yahudi, kategori ‘orang jahat dan tidak benar’ adalah sebuah realita yang kontradiktif dengan ajaran Taurat, dan oleh karenanya harus dimarginalisasikan dari lingkungan sosial. Tetapi bagi Yesus justru mereka mendapat bagian darikasih Anugerah Nya.

Bagi Nya, sinar mentari dan curahan hujan tak terbatas hanya untuk orang-orang yang mengenal Tuhan, tetapi bagi siapa saja, bahkan dalam kategori orang jahat dan tidak benar sekalipun. Tentu sesuatu yang menarik karena Yesus justru memberikan tempat bagi kategori orang jahat dan tidak benar dalam bagian anugerah Nya, sementara orang Yahudi pada saat itu memarginalisasikan orang-orang yang masuk dalam kategori tersebut. Tentu, bagi Yesus, hal ini bukan saja ingin melawan kuasa pengajaran Taurat demi sebuah pengajaran baru yang DIA bawa. Tetapi pesan keragaman di dalam kehidupan manusia merupakan inti dari pengajaran ini: Bahwa di dalam realitas kemajemukan sekalipun penerimaan terhadap keragaman adalah hal yang mutlak. Proses pengakuan persaudaraan orang beriman (lih. tulisan yang lalu) tak berarti jika tidak sampai pada proses penerimaan adanya keragaman. Jika Yesus menjadi begitu terbuka bagi sebuah proses penerimaan terhadap kategori ‘orang jahat dan tidak benar’, apakah hal itu sulit bagi kita untuk menerima bagian dari persaudaraan orang beriman –yang tentu tidak jahat dan merupakan orang-orang yang secara etis bertindak benar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun