Mohon tunggu...
VICKSANDO SEPTA SL
VICKSANDO SEPTA SL Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

HAI PERKENALKAN NAMA SAYA VICKSANDO SEPTA SL SAYA LAHIR TANGGAL 19 BULAN SEPTEMBER TAHUN 2004 SAYA 2 BERSAUDARA DAN SAYA ANAK PERTAMA SAYA SEORANG MAHASISWA AKTIF FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRONOMI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT SAYA MEMILIKI HOBI MEMANCING

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pertanian berkelanjutan di lahan basah

19 Desember 2024   19:29 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:29 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lahan basah merupakan ekosistem unik yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Ekosistem ini mencakup rawa, gambut, dan daerah pasang surut yang biasanya ditemukan di wilayah pesisir atau dataran rendah. Selain menjadi habitat bagi keanekaragaman hayati, lahan basah juga berfungsi sebagai penyerap karbon, pengatur siklus air, dan penyangga bencana seperti banjir. Namun, lahan basah sering kali menjadi sasaran konversi untuk aktivitas pertanian. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana pertanian dapat diterapkan secara berkelanjutan di lahan basah tanpa merusak fungsi ekologisnya.

Lahan basah memiliki potensi besar untuk pertanian karena tanahnya yang kaya akan bahan organik dan ketersediaan air yang melimpah. Di beberapa daerah, seperti dataran rendah Sumatra dan Kalimantan di Indonesia, lahan basah telah lama dimanfaatkan untuk pertanian tradisional, seperti budidaya padi pasang surut. Tanaman seperti padi, sagu, dan kelapa sawit sering ditanam di lahan basah karena kemampuannya beradaptasi dengan kondisi tanah yang jenuh air. Selain itu, keberadaan mikroorganisme dalam tanah lahan basah membantu proses dekomposisi bahan organik, yang menghasilkan nutrisi alami bagi tanaman. Dengan pengelolaan yang tepat, potensi produktivitas pertanian di lahan basah dapat ditingkatkan tanpa mengurangi kualitas lingkungan.

Meskipun memiliki potensi besar, pertanian di lahan basah menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kerentanan terhadap perubahan iklim, seperti naiknya permukaan air laut atau perubahan pola curah hujan. Kondisi ini dapat menyebabkan genangan berlebih, salinisasi, atau kekeringan musiman yang merusak produktivitas pertanian.Tantangan lainnya adalah degradasi lahan akibat konversi yang tidak berkelanjutan. Banyak lahan basah yang dikeringkan untuk pertanian intensif, seperti budidaya kelapa sawit atau tanaman monokultur lainnya. Praktik ini tidak hanya merusak habitat alami tetapi juga meningkatkan emisi gas rumah kaca, terutama dari lahan gambut yang teroksidasi.Selain itu, kebutuhan akan infrastruktur pengairan yang kompleks sering menjadi hambatan. Sistem pengairan yang buruk dapat menyebabkan kerusakan tanah, seperti asidifikasi atau kehilangan bahan organik. Petani di lahan basah juga sering menghadapi masalah keterbatasan akses terhadap teknologi dan informasi yang relevan untuk mengelola lahan secara efektif.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pendekatan pertanian berkelanjutan menjadi solusi utama. Pendekatan ini melibatkan praktik-praktik yang menjaga keseimbangan antara produktivitas pertanian dan kelestarian lingkungan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain. Mengintegrasikan tanaman pangan dengan pohon atau vegetasi lain yang sesuai dengan ekosistem lahan basah. Agroforestri dapat meningkatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi risiko erosi tanah. Penggunaan teknologi seperti sistem irigasi pintar dan pupuk organik dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya tanpa merusak lingkungan. Menghindari pengeringan lahan gambut dan menjaga kelembapannya untuk mencegah emisi karbon yang berlebihan. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem tanam basah seperti paludikultur, yaitu budidaya tanaman yang cocok dengan kondisi basah. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan lahan basah memastikan bahwa praktik pertanian sesuai dengan kebutuhan sosial dan ekologis setempat. Edukasi dan pelatihan bagi petani menjadi kunci keberhasilan. Menanam berbagai jenis tanaman yang tahan terhadap genangan air dapat meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi risiko kegagalan panen. Pertanian di lahan basah menawarkan peluang besar untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus menjaga ekosistem yang rentan. Namun, tantangan seperti kerusakan lingkungan dan perubahan iklim memerlukan pendekatan yang bijaksana dan berkelanjutan. Dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan, konservasi lahan, dan partisipasi aktif masyarakat, pertanian di lahan basah dapat menjadi model keberlanjutan yang menguntungkan baik bagi manusia maupun alam. Upaya kolaboratif antara pemerintah, petani, dan akademisi sangat diperlukan untuk memastikan bahwa lahan basah tetap menjadi aset lingkungan dan ekonomi yang bernilai tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun