Mohon tunggu...
Vicko menziano
Vicko menziano Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

suka duduk di sore hari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anda adalah Apa yang Anda Baca

17 Oktober 2024   18:10 Diperbarui: 17 Oktober 2024   18:14 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan "anda adalah apa yang anda baca" menurut saya bukanlah kalimat biasa tanpa makna. Telah banyak bukti nyata yang menunjukkan membaca adalah cara kita memperoleh ilmu atau pengetahuan. Dengan pengetahuan kita bisa melakukan sesuatu dengan teratur dan sesuai hukum yang berlaku. Disamping itu juga, untuk memajukan negara agar bisa lebih baik dan berkembang. Tetapi mirisnya negara kita tidak sesuai ekspektasi yang diinginkan.

 Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat rendah minat baca. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dari Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, yang menempatkan Indonesia pada peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat baca masyarakat.  Padahal, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa dalam segi penilaian infrastruktur pendukung minat baca (kompas.com). 

Indonesia hanya unggul satu tingkat dari 61 negara dan ini bukanlah salah satu kebanggaan untuk kita. Padahal dari segi infrastruktur pendukung minat baca Indonesia unggul. Ada yang bilang bahwa minat baca masyarakat Indonesia erat kaitannya dengan ketersediaan sarana prasarana seperti taman bacaan serta perpustakaan umum yang jumlahnya masih sedikit. Faktanya mungkin tidak demikian.

Data dari perpusnas.go.id menyatakan bahwa jumlah perpustakaan di Indonesia justru menempati peringkat ke-2 terbanyak di dunia dengan jumlah total 164.610 perpustakaan. 

Kita kalah dari India yang menempati peringkat pertama dengan jumlah perpustakaan 323.605, berada di atas Rusia dengan 113,440 perpustakaan dan China di urutan keempat dengan 105,831 perpustakaan. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia sangatlah kurang minat untuk membaca sehingga pengetahuan rakyat Indonesia cenderung minim atau rendah.

 Untungnya pemerintah langsung ambil tindakan untuk menangani rendahnya minat membaca di Indonesia. Menyikapi hal tersebut, dari masa ke masa pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan minat membaca di Indonesia. Di antaranya adalah membuat pasal-pasal yang secara tegas menyampaikan pesan bahwa membaca adalah tolak ukur kualitas sebuah pendidikan (terkandung dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, Undang-Undang nomor 43 tahun 2017, Pembukaan Undang-Undang Dasar dan Negara Republik Indonesia Tahun 1945)

Selain itu, pemerintah juga memfasilitasi masyarakat dengan cara menyediakan buku murah pada tahun 2008. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membeli hak cipta buku-buku pelajaran untuk SD sampai SLTA. Buku-buku tersebut dapat diakses melalui website kemendikbud sehingga lebih banyak orang dapat mengakses. Sayangnya, fasilitas buku tersebut hanya sebatas buku pelajaran. 

Sementara karya umum, sastra, dan nonfiksi belum mendapatkan akses mudah padahal buku-buku tersebut-lah yang dibutuhkan untuk membangun budaya literasi masyarakat.Pemerintah juga melaksanakan Gerakan Nasional Gemar Membaca yang diamanatkan melalui PP nomor 24 tahun 2014 dan diperkuat lagi dengan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. 

Dalam bagian IV tentang Mengembangkan Potensi Peserta Didik secara utuh, sekolah selayaknya memfasilitasi dengan optimal supaya siswa bisa menemukan, mengenali, dan mengembangkan potensinya. Untuk mencapai tujuan ini sekolah diwajibkan menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran setiap harinya.

Teknis pelaksanaan program Gerakan Nasional Gemar Membaca selanjutnya diatur melalui kemendikbud dengan menerbitkan petunjuk teknis Gerakan Literasi Nasional (GLN) 2017. Setelah GLN, kemendikbud menerbitkan petunjuk teknis Gerakan Literasi Keluarga (GLK), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan Gerakan Literasi Masyarakat (GLM).Masalah pembiayaan, dalam gerakan literasi sekolah misalnya, pemerintah telah mengaturnya dalam juknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 

Di madrasah, Kementerian Agama mengeluarkan SK Dirjen Pendis nomor 511 tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dalam Juknis ini, dana BOS bisa digunakan untuk pengembangan perpustakaan dan pembelian buku. Buku yang bisa dibeli adalah buku teks utama, buku teks pendamping, dan buku nonteks untuk mendukung program pembelajaran dan gerakan literasi sekolah.

 Besaran pembelian buku adalah maksimal 25% dari total dana BOS yang diterima per tahun. Jika sebuah sekolah SMP/MTs memiliki 500 siswa maka total dana BOS yang diterima adalah sebesar Rp550.000.000,-. Besaran dana BOS yang diterima adalah sebesar Rp1100.000,-/siswa/tahun. Dari total dana itu, sekolah boleh menggunakannya untuk pembelian buku sebesar Rp137.500.000,- (total dana BOS dikali 25%).

Jika pemerintah tidak mengambil tindakan dan kurangnya kesadaran dari masyarakat tentang minat membaca di Indonesia membawa sejumlah dampak negatif yang signifikan, terutama dalam hal perkembangan individu dan kemajuan masyarakat.

1. Rendahnya Literasi dan Pemahaman
Kurangnya kebiasaan membaca membuat masyarakat sulit untuk meningkatkan literasi dan keterampilan memahami informasi kompleks. Hal ini terbukti dari peringkat rendah Indonesia dalam survei literasi global, seperti PISA, yang menunjukkan kemampuan membaca siswa Indonesia berada di bawah standar internasional.

2. Dampak pada Pendidikan
Minat membaca yang rendah berpengaruh pada prestasi akademis. Siswa dengan minat baca yang rendah cenderung memiliki kesulitan memahami materi pelajaran yang membutuhkan kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan berpikir kritis. Ini juga dapat menghambat kreativitas dan inovasi di kalangan pelajar.

3. Kesenjangan Informasi
Ketika masyarakat tidak terbiasa membaca, ada kesenjangan dalam akses terhadap informasi yang berkualitas. Banyak yang hanya mengandalkan informasi dari media sosial atau sumber-sumber yang kurang kredibel, sehingga mempengaruhi kualitas pemahaman mereka tentang isu-isu sosial, politik, dan ekonomi.

4. Kurangnya Daya Saing di Tingkat Global
Rendahnya minat membaca juga berdampak pada daya saing bangsa. Kurangnya keterampilan literasi informasi mempersulit individu untuk bersaing dalam dunia kerja global yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis, mengolah informasi, dan memecahkan masalah.

Secara keseluruhan, rendahnya minat membaca menghambat perkembangan intelektual individu dan masyarakat, serta memperlambat kemajuan sosial-ekonomi sebuah negara.

Tetapi jika Meningkatnya minat membaca memiliki sejumlah dampak positif yang signifikan, baik pada individu maupun masyarakat secara luas:

1. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Analitis
Membaca secara aktif merangsang otak untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan. Ini membantu individu dalam memecahkan masalah dan memahami isu-isu yang lebih kompleks. Literasi yang kuat membuat seseorang lebih tanggap terhadap berbagai perspektif dan ide.

2. Memperluas Wawasan dan Pengetahuan
Meningkatnya minat membaca memperluas akses terhadap informasi dari berbagai bidang seperti sains, teknologi, sejarah, dan budaya. Dengan membaca lebih banyak, individu dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka, meningkatkan kreativitas, dan lebih siap menghadapi tantangan global.

3. Peningkatan Prestasi Akademik
Minat membaca yang tinggi sering kali berbanding lurus dengan prestasi akademik yang baik. Siswa yang suka membaca cenderung memiliki kemampuan pemahaman bacaan yang lebih baik, yang pada gilirannya meningkatkan performa dalam pelajaran lainnya seperti matematika dan sains.

4. Meningkatkan Empati dan Pemahaman Sosial
Membaca, terutama buku fiksi, terbukti dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain. Ini berkontribusi pada peningkatan empati dan keterampilan sosial, yang penting dalam hubungan antarpribadi maupun kehidupan bermasyarakat.

5. Penguatan Keterampilan Bahasa
Aktivitas membaca secara teratur memperkaya kosakata, meningkatkan pemahaman tata bahasa, dan memperbaiki kemampuan menulis seseorang. Ini juga berperan penting dalam memperkuat literasi bahasa, yang sangat berguna dalam dunia kerja yang semakin global.

Secara keseluruhan, meningkatnya minat membaca memperkuat pondasi intelektual, sosial, dan profesional individu, serta mendukung kemajuan masyarakat dalam berbagai sektor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun