Mohon tunggu...
Vicca Wardahtul Ishlah
Vicca Wardahtul Ishlah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

الكتابة للمعرفة | اللغة العربية

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan yang Berselimut dengan "Kasihan"

21 November 2018   10:13 Diperbarui: 21 November 2018   10:52 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sebagai makhluk sosial yang menunjukkan bahwasanya manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia pasti mambutuhkan interaksi sosial antar sesamanya. Saling bertegur sapa antar sesama. Serta saling membantu dan tolong menolong antar sesama.

Ketika kita masih kecil, tentunya kehidupan akan terjamin secara layak karena orang tua lah yang akan membesarkan kita sedari kecil hingga besar nanti. Namun tak jauh beda ketika kita dilahirkan dengan meninggalkan ibu yang telah melahirkan kita berjuang untuk kita namun malah ajal yang menerpa ibu dan meninggalkan. Seketika itulah nasib kita akan berbeda. Mereka yang seharusnya terasuh dengan layak dengan kasih sayang dari orang tua tapi ibu nya telah meninggalkannya.

Jika anak yang sudah tertinggal orang tuanya sedari kecil memiliki sanak keluarga yang mampu mendidiknya dengan sukses maka itu akan membuat anak nyaman walau kehidupannya tanpa adanya seorang "ibu".

Namun ketika kita sedang dihadapi dengan kehidupan pada zaman sekarang. Semakin banyak nya anak kecil mengamen dan mengemis dipersimpangan lamu merah. Orang tua yang mengemis didepan gerbang kampus. Hal-hal ini lah yang sering saya temukan di akhir-akhir ini. 

Anak seumur itu di jam pagi yang seharusnya ia duduk di bangku sekolah memenuhi tugas kewajibannya untuk mencari ilmu malah ia harus panas-panas an mengamen dipersimpangan jalan demi sesuap nasi.

Dengan demikian, rasa simpati kita tergejolak dalam diri kita. Ada juga yang bekerja menjual koran, menjadi buruh cuci piring, dll. Menurut saya pribadi selama sang anak mampu bekerja tanpa mengamen merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi saya. 

Sedari kita masih meminta uang saku ke orang tua, jalan-jalan ke mall, traktir teman-teman di cafe, dll. Selama uang itu adalah uang hasil orang tua, maka itu tidak akan memuaskan. Karena saya lebih salut kepada mereka yang harus bekerja keras daripada yang sekedar meminta-minta.

Sedangkan, yang saya bahas bukan mereka anak-anak kecil yang sedang mengamen dipinggir jalan. Akan tetapi orang tua kakek-kakek yang lanjut usia tapi masih semangat dalam bekerja.

Ilustrasi Kakek Tua | deksgram.org
Ilustrasi Kakek Tua | deksgram.org
Semirip dengan kejadian tersebut, kemaren siang saya bertemu dengan kakek-kekek yang bisa dibilang umurnya 70 tahun keatas yang sedang menjualkan keset nya. Sekilas saya berfikir akan kakek tersebut, kakek dengan usia yang sangat tua ini masih bekerja menguras tenaga serta keringatnya demi sesuap nasi. 

Jika difikirkan, seharusnya diusia kakek yang sekarang duduk dirumah menikmati masa tua nya. Dan tak seharusnya juga bekerja keras mencari nafkah. 

Dan seharusnya juga sang kakek juga mendapatkan uang atau hasil nafkah dari anak-anaknya.karena disaat ayah sudah renta maka kewajiban sang anak mengabdi pada orang tua seperti orang tua yang membesarkan anak nya ketika kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun