Mohon tunggu...
Vicca Wardahtul Ishlah
Vicca Wardahtul Ishlah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

الكتابة للمعرفة | اللغة العربية

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Evaluasi Atas Keberhasilan dan Kegagalan Anak Didik

14 November 2018   21:24 Diperbarui: 14 November 2018   21:33 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haii kompasianers,..

Begitu penting anak didik bagi kita, anak didik tak hanya sebutan bagi orang tua. Memang jika anak didik adalah hak milik orang tua. Namun berbeda konsep jika kita menganggap semua makhluk adalah anak didik. Karena pada hakikatnya, semua manusia pasti membutuhkan akan didikan. Didikan dari siapapun, oleh siapapun, dan untuk siapapun.

Seperti halnya didikan ilmu, semua orang pasti membutuhkan akan ilmu. Karena ilmu wajib dicari dan digali dari gendongan ibu hingga masuk ke liang lahat. Pada bimbingan pun juga begitu, semua orang tidak akan bias hidup tanpa adanya bimbingan. Seperti guru bidang studi butuh akan bimbingan dari wali kelas, wali kelas membutuhkan bimbingan dari kepala sekolah, dan seluruh civitas akademik terpegang satu ditangan guru bimbingan konseling yang mana guru bk adalah guru yang dibilang berat tugasnya. Yang mana ia harus mampu menaungi seluruh apa-apa yang ada disekolah. Bimbingan dari orang tua merupakan salah satunya. Anak dididik dari kecil oleh orang tua dan dibesarkan atas kehendak orang tua.

Pasti semua orang tua atau pendidik yang sedang mendidik anak didiknya menginginkan anak didiknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Dan pasti taka da orang tua yang menginginkan anak didiknya menjadi anak yang tidak baik. Maka dari itu, perlunya bimbingan sejak dini dan penerapan hal-hal positif pun harus memang ditekankan dengan baik.

Semua itu adalah cita-cita bagi orang tua atau pendidik (guru). Jika orang tua berkeinginan anak nya menjadi guru jika dewasa. Sang orang tua pun juga harus mendukung apa-apa yang menjadi cita-cita sang anak. Dengan belajar yang rajin dan tekun serta memberi dukungan semangat pada anak terkait profesi seorang guru. Boleh juga dengan memberikan motivasi-motivasi yang membuat anak menjadi semangat.

Ada juga orang tua yang berkeinginan anak nya menjadi seorang hafidz / hafidzoh (penghafal al-qur'an). Maka orang tua pun juga mulai mendidiknya dengan pengarahan-pengarahan mengaji sejak dini. Memberikan sarana musik mengaji setiap harinya. Memutarkan nya dari pagi hingga sore. Itu akan membuat anak menjadi terbiasa akan lingkungan (lingkungan keluarga) yang bernuansa qur'ani. Dilanjutkan dengan menyekolahkan anak di sekolah yang berkhususkan dengan nuansa alqur'an seperti menyekolahkan nya di pondok pesantren. Maka dari itu sang anak pun juga akan merasa mudah menggapai keinginan nya untuk menjadi seorang hafidz/hafidzoh.

Ada juga yang orang tua nya berkeinginan anak nya menjadi seorang musisi. Dengan latar belakang keluarga dari orang tua yang memang sudah hobi dengan dunia musik. Dengan begini, orang tua juga bisa memulai nya dengan mengajari cara bermain musik yang baik. Membelikan alat musik sebagai sarana untuk belajar.serta menyekolahkan nya di sekolah yang memang khusus dengan musik. Maka dari itu, sang anak pun juga akan mudah menggapai cita-cita nya sebagai seorang musisi.

Dari beberapa hal keinginan orang tua dan anak yang penulis sebutkan diatas. Dapat membuktikan bahwa semua orang membutuhkan dengan adanya bimbingan dan didikan. Manusia sebagai makluk sosial pasti akan membutuhkan akan bantuan orang lain. Yang mana manusia tak bisa hidup hanya sebatang kara. Untuk bisa bertahan hidup pastinya semua manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain. Selagi orang yang berpangkat kaya pun juga tak selamanya bisa bertahan kaya. Roda kehidupan pasti akan berputar.

Setelah menjalani proses didikan serta bimbingan pada anak. Tentu akan anak akan mengalami lika-liku proses nya. Banyak kegagalan-kegagalan yang dialaminya bahkan keberhasilan nya pun juga tak kunjung didapatkannya. Tidak semua bisa didapatkan secara instan. Mie isntan pun juga tidak bisa dinikmati secara instan. Harus merebusnya dengan bantuan LPG, yang mana lpg tidak bisa didapat tanpa dengan uang, uang pun juga tidak bisa didapat dari hasil keringat kerja seseorang. Dengan demikian, mie instan pun yang merupakan benda mati saja membutuhkan benda-benda yang lain agar menjadikan nya lebih enak. Menuju sampai dengan seduhan mie yang siap disantap diatas piring adalah suatu hal yang tidak instan. Harus melakukan proses-prosesnya.

Penemu bola lampu, Thomas Alfa Edison aja harus melakukan beribu kali percobaan untuk menciptakan sebuah bola lampu. Itu semua harus menjalankan dengan proses yang sangat lama hingga perjuangan nya pun bisa kita nikmati sampai sekarang. Orang dahulu memang terbukti akan keceerdasannya yang tak pernah putus asa dalam mencoba dan menciptakan sesuatu. Namun jika melihat era zaman sekarang, yang semua memang serba canggih, apapun bisa diambil dan disaji dengan instan. Pesan makanan tak perlu dengan adanya memasak, cukup download aplikasi dan pesan makanan nya, maka makanan sudah bisa disantap. Tidak menutup kemungkinan jika generasi kita adalah generasi instan yang dimana-dimana berkeinginan serba bisa dan serba cepat. Seperti halnya dengan simsalabim abrakadabrak. Apakah seperti ini generasi kita? Mari kita rubah perilaku kita yang mana bersifat isntan, dan merubahnya dengan perilaku yang berbasis prosesnya.

Selama berjalan nya proses, tentu orang tua atau pendidik wajib mengadakan nya evaluasi rutin pada anak. Seperti setiap seminggu sekali. Evalusi dengan cara apa? Semisal anak sekolah dari senin-sabtu yang mana kegiatan siswa itu adalah belajar, belajar dan belajar. Maka orang tua pun juga harus dan wajib melakukan kegiatan evaluasi pada anak. Dengan cara memberikan latihan-latihan soal pada anak, menebakkannya dengan soal-soal. Hal ini tentu sudah dilakuakan oleh guru di sekolah, namun orang tua juga wajib mengerti dan mengetahui sejauh mana anak dalam proses pembelajarannya? Jika dari sekolah adanya dengan ulangan harian, UTS, serta UAS. Itu pun juga tak bisa dipungkiri jika proses hanya dinilai pada akhirnya saja, namun proses juga penting dilakukan di pertengahan nya. Hal ini merupakan kewajiban bagi orang tua untuk melakukan evaluasi pada anaknya dirumah. Dengan begini, oramg tua akan merasa lega dan faham tentang sejauh mana anak ini bisa berproses dengan baik.

Jika penulis menjelaskan evaluasi itu hanya berbasis soal. Namun juga bisa dengan kegiatan lainnya. Seperti anak yang berkeinginan menjadi seorang penghafal alqur'an. Maka evaluasi yang dilakukan orang tua adalah dengan memberikan pertanyaan, menebak ayat, menebak surat, melanjutkan ayat, dll. Hal ini jauh dari kegiatan evaluasi yang berbasis dengan latihan soal. Namun lebih pada skill dimana anak akan di tes kematangan nya dala hafalan.

Disini evaluasi proses pun juga sangat penting, apakah metode yang digunakan anak sudah benar? Sudahkah anak merasa nyaman dengan sekolahnya? Apakah anak merasakan progres hasil nya? Nah beberapa pertanyaan barusan adalah suatu pertanyaan yang bisa dijawab dengan evaluasi dalam proses anak. Tanpa adanya proses, maka anak tidak akan berhasil. Contohnya jika anak memang tidak cocok di pondok pesantren ini karena program pesantren yang kurang memadai, hal ini perlunya evaluasi, dan bisa jadi dengan orang tua memindahkan nya dipesantren yang baik dan bisa membuat nyaman anak.

Selain dengan adanya evaluasi proses, maka akan ada yang namanya dengan evaluasi hasil. Seperi kata pepatah "ada proses maka ada hasil". Maka setelah dilakukannya evaluasi proses harus dilanjutkan dengan evaluasi hasil. Yang mana untuk mengetahui perkembangan anak akan seberapa jauh anak bekermbang.dan dengan evaluasi hasil ini pendidik juga akan mengetahui keberhasilan dan kegagalan anak. Jika memang anak mengalami keberhasilan maka tetap diadakannya dengan evaluasi hasil yang mana isinya adalah dengan tetap mempertahankan proses pembelajaran nya dan berharap lebih semangat dan lebih baik lagi. Jika memang anak mengalamikegagalan maka akan sangat perlu adanya re-evaluasi baik evaluasi proses nya ataupun evlauasi hasilnya. Maka dari itu, sang anak juga akan terjaga dengan namanya kegagalan atau keberhasilan yang bersifat sementara, tapi harus berhasil dengan mempertahankan proses yang baik-baik.

Oleh karena itu, hakikatnya manusia tak lepas dengan didikan dan bimbingan, baik dari usia dini hingga tua nanti. Serta adanya evaluasi pada kehidupan agar hidup juga akan lebh baik dan bertahan dengan stabil. Biar tak hanya muluk bahwa evaluasi hanya berbasis soal,ujian, pengayaan dll. Karena itu juga akan menimbulkan kebosanan anak. Jadi lakukan lah evaluasi dengan berbagai macam cara agar anak tidak bosan, serta ke-kreatifan guru pun juga akan menjadi acuan pada siswanya. Perlu dingat kembali bahwa "Evaluasi Bagi Anak Adalah Penting". 

Sekian, dan Terimakasih. Semoga Bermanfaat :)

-Vicca Wardahtul Ishlah-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun