Mohon tunggu...
Vicca Wardahtul Ishlah
Vicca Wardahtul Ishlah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

الكتابة للمعرفة | اللغة العربية

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kurangnya Pelukan dan Kasih Sayang Jadikan Anak Didik Semakin Nakal?

3 Oktober 2018   15:13 Diperbarui: 4 Oktober 2018   09:02 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membahas lagi dengan anak didik, mengapa harus anak didik? Sebelumnya manusia sebagai makhluk yang berevolusi. Dalam artian, manusia selalu berkembang. Baik berkembang secara fisik, fikiran, serta pengetahuan dan sikap. 

Dimana manusia berkembang dimulai dari usia dini hingga ia beranjak dewasa. Jika manusia berkembang dimulai sejak dini atau dimasa kecilnya, perlu penerapan-penerapan hal yang positif yang harus ditanamkan sejak dini. Manusia lahir dilingkup keluarga, yang menjadikan ia berada dibawah tanggung jawab seorang ayah dan ibunya.

Ayah ibu disini merupakan seorang konselor utama dalam anak. Mengapa bisa dikatakan sebagai konselor utama? Sebab anak berkembang pada lingkungan keluarganya, dan berkembang di lingkup keluarga.

Mengingat bahwa ayah dan ibu adalah konselor utama, diterapkan juga bagi anak untuk selalu menanamkan hal-hal yang positif sehingga bisa menjadikan insan yang bersikap baik di masa dewasanya nanti.

Mengapa harus usia dini? Karena usia dini adalah usia emas, dimana anak memiliki daya ingat yang tinggi dan fresh. Jadi fikiran anak belum terkontiminasi dengan hal-hal yang negatif. Maka dari itu penerapan hal positif di usia dini sangatlah utama.

Setelah memahami bahwa seorang ayah dan ibu adalah konselor utama. Namun ada banyak konselor setelah ayah dan ibu. Misalkan guru disekolah. Iya, benar sekali. Ketika sang anak mulai duduk dibangku sekolah, anak memiliki orang tua lagi disamping ayah dan ibunya diumah.

Sebab, ketika anak berada disekolah maka tanggung jawab anak berada dibawah seorang guru. Menjadikan bahwasanya guru merupakan konselor kedua setelah ayah dan ibu dirumah. Dimana guru disekolah mengajarkan pengetahuan kepada anak dan menerakan hal-hal yang positif kepada anak.

Ketika anak beranjak semakin besar, perkembangan anak juga semakin besar. Disinilah banyak suatu kenegatifan anak. Dimulai dari anak yang mulai tidak patuh kepada orang tua maupun guru di sekolah, anak yang selalu main-main bersama teman sebayanya, sering keluar bersama teman-temannya, tidak mengerjakan PR, sering melanggar aturan-aturan sekolah, dll.

Maka jika hal ini terjadi, merupakan suatu perkembangan yang biasa atau bisa disebut wajar. Dikarenakan anak mempunyai lingkup sosial yang memasyarakat  seperti perkumpulan bermain dengan teman-temannya.

Oleh karena itu, tugas konselor disini mulai berat, dimana anak sudah tak lagi diusia dini yang dulunya  sangat patuh dengan apa-apa yang diperintahkan. Karena memang anak berhak memilih dimana ia harus menempatkan posisi dirinya.

Melihat anak yang semakin menimbulkan sikap yang negatif, maka tugas konselor disini tidak harus dengan cara yang keras, misalkan dengan memarahi kasar, memukul, atau hal-hal yang sejatinya tidak ditumpahkan pada anak. Anak didik merupakan harta yang berharga, dimana harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin.

Jika memang sikap sang anak semakin nakal, maka cara utama yang harus dilakukan adalah dengan memberikan pelukan dan kasih sayang dari konselor terhadap anak. Jika sang anak langsung dimarahi dengan keras, maka akan bertambah pula sikap kenegatifan anak. Sejatinya anak menirukan hal-hal dilingkungan sekitarnya.

Jika konselor langsung memberikan tindakan keras maka sang anak akan semakin brutal. Dan mungkin sikap dari konselor akan ditiru oleh anak, jadi anak mulai memukul teman-temannya, mulai berbicara lantang atau mulai menentang kepada temannya. Melihat hal itu, peran konselor disini dimulai dengan memberikan anak stimulus positif yang lebih lembut lagi.

Memberikan pelukan dan kasih sayang merupakan salah satunya, pelukan dan kasih sayang disini merujuk pada sikap konselor yang lebiuh lembut lagi terhadap anak. dimana ketika anak melakukan hal yang negatif, konselor mengingatkannya dengan lembut, bukan malah menambahkannya dengan cara-cara yang keras dan lantang.

Oleh karena itu, didikan konselor dari kecil sangatlah penting. Jika anak dididik dari kecil dengan kekerasan maka anak bekembang tumbuh dengan jiwa yang keras. Namun sebaliknya, jika sang anak dari kecil dididik dengan cara yang lebih baik maka ketika dewasa nya nanti akan bertumbuh menjadi jiwa yang baik pula. Konselor? Jika bukan kita? Siapa lagi?

Tanamkan sebiji kebaikan pada anak diusia dini makan akan menuai pohon kebaikan dimasa tua.

Selamat membaca, semoga bermanfaat, dan share ke semua orang/media sosial sebagai ladang mencari ilmu.

Terima kasih

"Carilah ilmu sejak dalam gendongan hingga ke liang lahat"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun