Zainab gembira dengan kemenangan ayahnya dan kaum muslimin atas peperangan itu. Namun ia bersedih tatkala suaminya ditawan oleh kaum muslimin, dengan tebusan yang sangat mahal.
Akhirnya ia mengutus utusan untuk menebus suaminya dengan kalung pemberian ibundanya,tatkala Rasulullah ﷺ mengetahui itu, beliau meminta kepada para sahabat untuk melepaskan Abul Ash dan mengembalikan tebusannya, dan para sahabat pun menyetujuinya.
Namun Rasulullahﷺ membebaskan Abul ash dengan satu syarat, yaitu Abul Ash harus melepaskan zainab dan kembali kepadanya.
Setelah permintaan Rasulullahﷺ itu disetujui oleh Abul Ash, perpisahan pun terjadi..
Zainab hijrah ke madinah dalam keadaan mengandung 4 bulan. Dalam perjalanannya melewati padang pasir ia pun dihadang oleh kaum musyrikin yang menyebabkan kandungannya gugur.
Bertambah ujiannya, bertambah kuat imannya.
6 tahun sudah perpisahan itu berlalu, sehingga suatu saat Abul Ash bersama kafillah dagangnya melewati Madinah yang kemudian dihadang oleh pasukan sariyah Rasulillah dan merekapun ditawan, namun Abul Ash berhasil meloloskan diri, dan ia mendatangi rumah Zainab untuk meminta perlindungan.
Zainab pun menyetujuinya dengan gembira dan berharap Allah akan datangkan kepadanya hidayah Islam.
Dan Allah pun mengabulkan do'anya disaat abul ash kembali ke mekah untuk mengembalikan harta dan hak2 kaumnya. Lalu ia berseru : "Wahai kaum Quraisy, apakah ada di antara kalian yang hartanya belum aku kembalikan?” Mereka menjawab, “Tidak ada, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, kami telah mendapatimu sebagai orang yang memegang amanah dan mulia.”
Lalu Abul Ash berkata, “Jika aku telah mengembalikan hak-hak kalian maka sekarang aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah! Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk masuk Islam sewaktu bersama Muhammad di Madinah kecuali aku takut kalian mengira bahwa aku ingin memakan harta kalian, tetapi setelah aku mengembalikan harta itu kepada kalian, dan sekarang aku telah melepaskan tanggunganku, maka aku masuk Islam.”
Setelah menyatakan keislamannya Abul Ash pun kembali ke Madinah dan berkumpul bersama isteri tercintanya Zainab, Kebahagiaan itu pun mulai datang menghampiri, menghapus kesedihan dan kedukaan yang telah lalu.
Bahtera rumah tangga yang kembali mengayuh dayungnya berlayar menuju dan berlabuh di pulau impian yang sebenarnya, yaitu keridhoan Allah dan jannah-Nya.