Mohon tunggu...
fia rachim
fia rachim Mohon Tunggu... Mahasiswa - tuangkan semua yang ada dalam fikiranmu dalam bentuk tulisan-tulisan yang bernilai dan berkualitas

Bismillah pasti bisa !!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Regulasi Emosi pada Anak Usia Dini

7 Desember 2022   15:01 Diperbarui: 7 Desember 2022   15:07 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Regulasi Emosi Pada Anak Usia Dini

Apa itu regulasi emosi?

Mungkin nama regulasi emosi ini masih terdengar asing ditelinga kita. Apakah regulasi ini dikaitkan dengan emosi, atau ekspresi kita ketika emosi itu datang?

Baiklah kita akan membahas terlebih dahulu mengenai pengertian regulasi emosi.

Regulasi emosi bukanlah kemampuan yang datang secara tiba-tiba, melainkan suatu proses yang melibatkan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Regulasi emosi juga berperan untuk memodulasi ekspresi emosi yang terjadi, seperti emosi (negatif dan positif) Dalam berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang berlaku dimasyarakat. 

Adapun pengertian regulasi emosi pada anak usia dini menurut (Zuddas, 2012) menyatakan pada anak usia dini, regulasi emosi digambarkan sebagai kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri ataupun orang lain, serta kemampuan anak dalam mengkomunikasikan perasaannya. Sedangkan pada anak pra sekolah regulasi emosi berperan sebagai aspek penting dari perkembangan sosial dan kognitif anak. Kemampuan regulasi emosi sendiri juga sangat dipengauri oleh faktor internal dan eksternal.

Adapun lima model tahapan dalam regulasi emosi. Tahapan tersebut diantaranya ialah:

  • Situation selection (pemilihan situasi)
  • Situation selection merupakan tindakan yang menentukan individu untuk mendapatkan situasi yang diharakan, sehingga menyebabkan emosi yang dihaarapkan baik itu baik ataupun tidak menyenangkan. Adapun contoh dari Situation selection atau pemilihan situasi ini ialah menghindar dari kemarahan orang lain, mencari tempat untuk menangis, atau memilih menonton filim dengan teman dari pada belajar pada malam sebelum ujian yang tujuannya untuk menghindari rasa cemas yang berlebihan.
  • Situation modification (modifikasi keadaan)
  • Situation modification lebih mangacu pada usaha untuk mengubah situasi secara langsung sehingga dapat mengubah dampak emosional atau menjadi teralihkan. Situation modification juga berhubungan dengan modifikasi lingkungan internal maupun eksternal. Contoh dari Situation modification seseorang yang mengatakan kepada temanya bahwa ia tidak mau membicarakan kegagalan yang dialaminya agar temanya tidak merasakan sedih yang ia rasakan.
  • Attentional deployment (penyebaran perhatian)
  • Attentional deployment lebih mengarah pada perhatian dalam situasi tertentu untuk mempengaruhi dan mengatur emosi yang muncul. Salah satu bentuk umum dari Attentional deployment ialah distraksi dan konsentrasi. Contoh dari distraksi ialah mampu mengalihkan pada ingatan yang menyenangkan ketika menghadapi emosi yang negatif. Dan contoh dari konsentrasi ialah individu memfokuskan atau mengalihkan ingatannya  mengenai  situasi yang memicu munculnya emos.
  • Cognitive change (perubahan kognitif)
  • Cognitive change merukapan kemampuan idividu dalam menilai sesuatu tertentu sehingga dapat mengubah makna emosional, baik itu cara berpikirnya mengenai situuasi atau kemampuan individu untuk mengatur tuntutan yang dihadapinya. Contoh dari Cognitive change ialah individu bervikir bahwa kegagalan yang dihadapinya merupakan sebuah tantangan daripada suatu ancaman.
  • Response modulation (perubahan respon)
  • Response modulation terjadi pada saat akhir proses emosi. Adapun contoh dari Response modulation ialah exspressive suppression, yaitu individu mencoba untuk mencegah secara terus menerus perilaku emotion exspressive (ekspresi emosional) positif ataupun negativ.

Perkembangan regulasi emosi pada anak usia dini juga dibagi menjadi beberapa usia diantaranya ialah:

  • Usia 2-3 tahun
  • Pada usia 2-3 tahun ini anak mulai keras hati, atau anak mulai bandel. Bendel disini diartikan anak memiliki keinginan yang besar untuk selalu dituruti keinginannya.  Contohnya sepeti anak menangis ketika orang tua merasa lengah, sehingga menuruti permintaan dari si anak, mangka anak akan berseteatment "jika aku mengis maka akan dituruti apa yang aku inginkan". Apabila hal tersebut terus berkelanjutan maka akan lebih sulit mengajarkan pada anak apa yang dia inginkan tidak melulu bisa dituruti. Dari hal tersebut orang tua juga harus waspada karena dengan seringnya kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak memiliki kepriibadian neuroticim (kepribadian yang negatif).
  • Usia 3-4 tahun
  • Pada usia 3-4 tahun peran orang tua sangat dibutuhkan untuk anak guna membantu anak untuk mengenali setiap emosi serta memberi nama setiap emosi yang dirasakan oleh anak, selain itu perlu sekali orang tua memberikan contoh yang kongkrit pada anak. Pada usia ini orang tua juga selalu memberikan doarongan pada aanak agar anak bisa mencari solusi untuk menyelelesaikan emsoinya.
  • Usia 4-5 tahun
  • Pada usia 4-5 tahun anak sudah mampu mengidentifikasi bahwa situasi tertentu akan menimbulkan emosi tertentu juga,  pada usia ini juga anak sudah mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan pada orang lain seperti merasa marah, senang ataupun sedih.
  • Usia 5-6 tahun
  • Pada usia ini, Kemampuan meregulasi emosi pada anak usia dini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada anak, dimana pada usia ini bahasa sangat berperan untuk memfasilitasi kapassitas anak untuk memahami, mengutarakan sesuatu, merefleksi dan mengatur emosi pada diri anak. Pada usia ini juga anak mulai mampu berhubungan baik dengan teman sebayanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun