Mohon tunggu...
Octaviani
Octaviani Mohon Tunggu... Administrasi - freelancer

asal usul takan bisa jadi penghalang untuk bekarya _bulukjegara_

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar dari Kejadian Rasisme terhadap Mahasiswa Papua

22 Agustus 2019   20:25 Diperbarui: 23 Agustus 2019   08:23 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: google

Baru saja merayakan HUT RI yang ke 74 Indonesia kembali mengalami masa yang sulit. Yaitu kejadian yang terjadi di Surabaya dan Malang,  adanya intimidasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua yang ada di sana oleh beberapa Ormas. Tidak sampai disitu saja kasus ini beruntun panjang, tentu masyarakat papua merasa tersinggung akan kejadian ini. Apalagi dalam kejadian tersebut ada pihak yang menyebut mereka "Monyet", karena itu adanya kerusahan dan demo di sana.

Kasus rasisme di Indonesia tidak hanya terjadi pada kejadian ini saja.  Kasus yang terjadi di Surabaya dan Malang ini hanya contoh kecil yang terpublish. Negara ini berdiri dan indah karena perbedaan-perbedaan yang ada. Dari kejadian  rasisme terhadap mahasiswa Papua kita harus banyak belajar, sehingga tidak terjadi kasus yang serupa di masa depan.

Kita tentu tahu bahwa negara Indonesia ini adalah negara yang besar dan memiliki berbagai keberagaman. Bahkan menurut sensus BPS pada tahun 2010, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa. Setiap suku bangsa tentu berbeda adat budayanya. Itu tandanya kita tidak hanya hidup dengan orang yang sama dengan kita.

Kita hidup dengan orang yang berbeda suku, agama, ras, jenis kulit, jenis rambut dan lain sebagainya. Oleh sebab itu kita harus saling menghargai satu sama lain. Menghargai orang lain adalah hal sangat penting bagi kita, tidak hanya mengargai orang yang sama dengan kita melainkan juga mereka yang berbeda dengan kita.

Tidak hanya menghargai selanjutnya yang kedua adalah menjaga perasaan orang lain. Contoh hal kecil yang kita lakukan atau pun kita saksikan, ketika pertama kali kita berkenalan dengan orang lain selain nama yang ditanyakan adalah, Agama, suku dll. Mungkin bagi kita hal tersebut biasa saja, tetapi bisa jadi bagi orang lain hal itu membuatnya tersinggung.

Tuhan menciptakan mulut kita untuk berbicara yang baik, bukan berbicara yang membuat orang lain sakit hati. Oleh sebab itu mari kita menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulut kita, dan pikirkan dengan baik. Biarlah perkataan itu tidak membuat orang lain sakit hati.

Pelajaran yang ketiga adalah jangan menghakimi orang lain. Misalnya kita sering menebak-nebak bahwa orang suku ini wataknya seperti ini orang kulit ini seperti ini tingkahnya, dan merasa bahwa kita adalah orang yang benar. Sikap dan tindakan seseorang tidak bergantung pada hitam, putihnya warna kulit, suku, ras seseorang. Kita adalah bersaudara dan kita adalah bagian penting bagi negara ini.  Saudara berarti kita harus bersatu-padu dan saling menjaga satu sama lain.

Kejadian ini mengajari kita untuk saling menghargai mengasihi satu sama lain. Jangan karna rasisme bangsa ini terpecah belah. Kita adalah satu bangsa Indonesia, kita semua bersaudara meski berbeda pulau dan dipisahkan oleh lautan. Apapun kulit, rambut, suku kita mari kita bersatu padu membangun bangsa ini dan menjadikannya maju. Harapan yang terakhir semoga kasus ini cepat selesai, dan di proses dengan hukum yang berlaku di negeri ini, serta tidak ada kasus kasus seperti ini lagi di masa yang akan datang

Salam damai dan kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun