“ salwa, kita tahu cinta kita sangatlah sulit saat ini, jika cinta kita dipisahkan dan kita tidak bisa bersama, sudikah kau terus mengingatku sayang?”
“ demi penjagaan – Nya selama bumi berputar, aku akan terus menginggatmu ali, dalam do’aku, ratapanku, dalam simpuhku di sujud sajadahku. Tapi kenapa kau tiba – tiba berkata seperti itu ali?”
“ aku ingin melihat ketulusanmu ketika aku berbicara seperti ini salwa-ku.”
Dikecup kening kekasihnya, belum sempat terlaksana, seketika pedang menghunus dari belakang pundak ali, dan darah segar pun menodai baju putihnya. Ali ambruk.. “aliiiiii…. Tuhaaan, apa yang terjadi…” salwa teriak histeris, menahan tangisan dan dia melihat ghafur..
“ kau…!! Kau apakan kekasihku wahai manusia keji..??” salwa tidak berhenti meraung dan mendekap tubuh kekasihnya itu yang sudah berlumuran darah. “ bangun ali, bangun kekasihku. Jangan biarkan dirimu mati di tangan penjilat – penjilat menjijikkan seperti mereka. Bangun sayang, banguuun.” Salwa terus meronta.
Sementara ghafur tertawa menahan puas, ayahnya dan beberapa penjaga datang, melihat salwa yang menangisi pemuda itu, ditariknya anaknya. Dia biarkan ali ditinggal sendirian. Tanpa siapapun. Salwa mengutuk, salwa menyumpah, salwa meludahi wajah – wajah kotor mereka, termasuk ayahnya. Dia dikurung dalam kamar, Ayahnya malu dengan perlakuan anaknya yang seperti itu, dan ayahnya tega mengunci anaknya . Kekuasaan dan perjodohan menguntungkan ini membutakan matanya. Menguasai wilayah Haret lebih berharga dari harga dir anak gadisnya. Dia sudah buta karena kekuasaa. Hatinya sudah kering dari rasa cinta dan kasih, sedang istrinya memohon untuk masuk menemui putrinya. “ demi Tuhan, kekuasaan telah membutakan hatimu !”
Aku menyesal menikah denagn binatang buas seperti kau, amran! Tidak mempunyai hati nurani seperti kau, harusnya mendekam dalam neraka yang paling dalam. Dia anakmu, apa yang salah jika dia mencintai? Apa kau tidak pernah tahu arti mencintai ?” Amran hanya diam tanpa ekspresi. Dia biarkan keluarganya merana akan sikapnya, baginya menguasai wilayah Haret lebih berharga dan membuatnya bisa berkuasa di belahan timur tersebut. *** Ibu ali mengumpat, menangis, apa yang bisa dilakukan sepertinya selain mengutuk tiap malam atas perbuatan mereka. Pusaranya menjadi saksi kebengisan para kaum borjuis. Ali sudah tiada, tapi perjuangannya di kota Nishapur terhadap kaumnya tidak akan terlupa. Jasad membusuk bersama kain kafannya. Tapi tidak namanya yang masih harum. Ali sudah pergi tapi kisah cintanya yang penuh cerita menyedihkan selalu terdengar dari telinga ke telinga para pujangga.
Salwa terdiam dalam pusara kekasihnya. Ayahnya kini menerima pembalasan kutukan – kutukan orang yang mencintai ali. Dia terbaring lemah dalam penyakit yang melumpuhkan badannya, dan melumpuhkan juga kekuasaanya. Setelah jatuhnya kekuasaan Amran, ghafur sang eksekusi nyawa ali, kini mati di pedang para pecinta ali. Nyawanya tidak berharga sama sekali bahkan jika dibandingka dengan bangkai binatang melta sekalipun. Di pusara ali, cintanya kepada salwa masih bersinar, tidak pudar dan perjuangannya akan abadi dalam ingatan dan pikiran setiap orang. Salwa hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk bertemu ali, kekasih abadinya… ****** Kekuasaan, penjajahan dan penindasan tidak akan pernah diingat dan diabadikan sebagai moment yang indah. Semua akan balik pada tempatnya masing - masing. Justru segala pemikiran, perjuangan, cinta dan kasih sayang melalui kisah dan sebuah sejarah akan selalu diingat, dan cinta seorang Ali terhadap Salwa kekasihnya akan abadi hingga mereka bertemu dia alam keabadian. #Cersama adalah kependekan dari Cerita Bersama, adalah even yang dibuat oleh kami berenam yaitu Saya, Inin Nastain, Rieya Miss Rochma, Elhida, Ajeng dan Kayana. [caption id="attachment_207896" align="aligncenter" width="300" caption="Hamzahnurreza.blogspot.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H