Kimya…, wanita muda yang tidak akan pernah tahu, sampai kapan dia akan menanti suaminya dengan tenang dan gusar. Setiap malam yang dilewati tanpa sosok kekasih hidupnya itu dilalui dengan penantian yang begitu panjang. Ingatannya akan peristiwa itu mengoyakkan tirai mimpinya membuat dia terbangun dalam malam gelap gulita. Tak ada hembusan angin yang menenangkan, dinginnya malam menggigit kulit. Malam ini dalam kesendirian, yang sampai sekarang masih terus dilaluinya…. ****** 02 Agustus, 01 tahun silam… Dalam sebuah rumah, tidak terlalu besar, Kimya dan suaminya hidup bahagia dalam sukacita atas pernikahan baru mereka. Kimya seorang gadis manis, lembut hati menikah dengan Abdullah, pemuda yang memiliki semangat jiwa dalam bekerja di sebuah Organisasi kemanusiaan. Hidupnya dia abdikan untuk mereka yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Seorang aktivis yang tak pernah kenal lelah dengan tugas yang diembannya. Bulan ini, suaminya bertugas ke luar Indonesia, kimya sudah tahu betul dengan tugas suaminya. Segala keperluan suaminya dia siapkan dengan teliti, mulai dari bajunya sampai passport nya tidak ketinggalan. Kimya sudah terbiasa ditinggal suaminya, bahkan keberangkatan Abdullah sebelumnya ke daerah konflik Afghanistan tidak membuat kimya menahan langkah suaminya. Walau berat, kimya harus mengerti dan menahan kesedihan karena ditinggal seorang diri. “ abi..haruskah lusa berangkatnya? Kita kan masih ada janji untuk pergi liburan minggu besok.” “ sayang, abi memang harus berangkat senin ini, ummi kan tahu sendiri konflik di Gaza yang sekarang hampir rata di sepanjang Palestina sudah sangat memprihatinkan. Ini sudah tugas abi ummi, apalagi jabatan abi sebagai ketua 2 tahun ini membuat tugas dan kegiatan diserahkan semuanya sama abi.” Kimya sedikit mendesah, “ abi kenapa bisa pilih menjadi aktivis daripada kerja kantoran gitu? Kan lebih enak bi, dengan jabatan yang mungkin bisa abi dapat, mungkin gak perlu jadi aktivitas begini” keluh kimya. “ ummi, mungkin banyak yang bertanya, kenapa sebagian orang memilih pekerjaan ini yang prospeknya masih samar dan mungkin disangsikan. Tapi inilah yang abi pilih, dimana abi bisa membantu menyuarakan hak – hak orang yang ditindas, membantu mereka yang memerlukan pertolongan.” “ ummi tahu bi, tapi cape juga lama - lama ditinggal, bahkan bisa sebulan. Kalo lagi beruntung kita bisa saling kontak, kalo gak, ummi jadi khawatir gk karuan. Seperti waktu di Afghanistan, ummi sama sekali gak bisa kontak abi, itu ditahan sama siapa bi, namanya itu..?” “ oh, itu kelompok Taliban ummi. ” suaminya menjelaskan. “ ummi, abi disana gak sendiri masih banyak aktivis yang tergabung, ada dari belahan Negara seperti Turki, Yordania, Prancis bahkan Malasyia. Kita semuanya satu visi mi, meneriakkan salam damai dan menghentikan penindasan, bukan mengajak perang.” “ lagian selama ini kan Alhamdulillah abi pulang dengan selamat, Karena kita pun dapat perlindungan dari pihak pemerintah. Ummi tenang aja, kita tidak menjangkau daerah rawan konflik, hanya membantu mereka yang terluka dan memberikan bantuan sandang – pangan, jadi ummi banyak berdo’a aja ya…” ucap suaminya pelan sambil mencium kening istrinya. Malam ini sekali lagi begitu dingin, bahkan menusuk kulit. Mungkin kepergian kekasihnya yang sebentar lagi, membuat suasana malam begitu tidak ingin dilalui sendiri. Kimya percaya suaminya memiliki jam terbang yang bisa diandalkan. Kimya percaya dia tidak akan terlalu lama menunggu…. Senin ini suaminya sudah berangkat dengan beberpa anggota aktivitas lainnya. Dari Jakarta mereka ke pelabuhan merak menuju Kapal yang akan mengantarkan mereka di Malasyia. Karena itu titik dimana semua aktivis dari berbagai organisasi baik dalam dan luar berkumpul. Ratusan aktivis ini rencana akan mendarat ke Bandara Ben Gurion, dekat Tel Aviv, dengan tujuan agar bisa bepergian ke Tepi Barat Palestina. Dan tanah Palestina sudah di kaki mereka. Tidak ada kendala, namun untuk berbalik arah itu yang penuh perjuangan, karena tidak sedikit dari mereka ditahan dari pihak Israel, pemerintah bahkan dibawa dalam penjara tahanan. Di interogasi, ditanya misi apa yang membuat mereka berani ke daerah konflik seperti ini. Penuh perjuangan membela hak – hak orang yang baru mereka kenal,namun inilah inti dari seorang aktivis itu, membela tanpa memandang bulu, menyuarakan perdamaian tanpa gentar. Dan mereka mereka menyadari satu hal, anak istri dan rumah tercinta menunggu untuk disinggahi lagi.. Sekali lagi sunyi…tanpa suara dan canda.. semua sementara kelam…. Dan waktu sekarang.. Kimya dan mereka, anak – anak, ibu dan saudara yang ditinggal hanya menunggu… **** “Sudah hampir setahun? Ada apa ini? Kenapa harus menunggu selama setahun? Ada apa disana sehingga menahan langkah suamiku untuk pulang? Ada apa ini? KBRI sama sekali tidak membantu! Temannya sesama perjuangan bahkan tidak mengetahui keberadaan suaminya, sama sekali, nihilll !!!” “ apa yang terjadi Tuhan? Kau kemanakan suamiku? Apa mereka bisa menjamin nyawa suamiku ?” pekiknya dalam hati memaki keadaan. Hampir setahun dia tidak menerima kabar suaminya, bahkan dari pihak Organisasinya pun sudah berusaha mencari kabar mereka. Sepuluh orang termasuk 3 dari Turki dan Yordania belum terdengar kabar. Kimya pun rajin setiap hari menanyakan kabar suaminya dari Kedutaan Indonesia di Palestina. Setiap hari, setiap waktu, puluhan malam tanpa berhenti do’a.. “ aku yakin kamu masih bertahan sayang, aku yakin kamu akan pulang… aku mendengar suaramu memanggilku..aku mendengar suaramu sayang…akan aku tunggu lagi kepulanganmu… #Cersama adalah kependekan dari Cerita Bersama, adalah even yang dibuat oleh kami berenam yaitu Saya, Inin Nastain,miss Rieya, Elhida, Ajeng dan Kayana. Inin Nastain : (Cersama) Dan kita akan bercengkrama, sayang Vianna Moenar :(Cersama) Di Ujung Gaza Elhida : Kanaya : (Cersama) Penggalan-Penggalan Kisah Ajeng : (Cersama) Tunggu Papa Ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H