Mohon tunggu...
via nisa aulia
via nisa aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MENJADI MANUSIA YANG BERMANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Pandemi Covid 19 Terhadap Strategi Adaptif dalam Tataniaga Hewan Qurban di Jabodetabek

9 Agustus 2024   21:08 Diperbarui: 9 Agustus 2024   21:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 yang mulai melanda dunia pada akhir tahun 2019 telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan di berbagai sektor, tidak terkecuali sektor peternakan dan tataniaga hewan qurban di Indonesia. Dampak dari pandemi ini terasa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan telah mengubah banyak aspek kehidupan sehari-hari serta operasi bisnis. 

Menurut Hobbs (2020) dan Richards & Rickard (2020), pandemi ini menyebabkan ketidakstabilan dan gangguan dalam sisi penawaran dan permintaan yang mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi. Ini juga berdampak pada rantai tataniaga produk pertanian, termasuk sektor peternakan yang mengalami perubahan drastis akibat pandemi.

Salah satu aspek penting yang terpengaruh adalah permintaan terhadap hewan qurban, baik sapi maupun kambing/domba. Permintaan ini biasanya menunjukkan pola musiman yang tinggi, terutama pada saat perayaan Idul Adha. Perayaan ini merupakan waktu puncak bagi industri peternakan, di mana terjadi lonjakan permintaan hewan qurban dan peningkatan pendapatan bagi peternak, pedagang, dan pengecer. Namun, pandemi Covid-19 memperkenalkan tantangan baru yang mempengaruhi pola konsumsi dan distribusi hewan qurban.

Pemerintah Indonesia, dalam upaya untuk menanggulangi penyebaran Covid-19, mengeluarkan berbagai kebijakan seperti Surat Edaran tentang Pelaksanaan Kegiatan Qurban dari Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah. Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan pelaksanaan ibadah qurban tetap aman sambil meminimalisir risiko penularan Covid-19. 

Di samping itu, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kota-kota besar seperti Jabodetabek turut mempengaruhi pola perilaku konsumen. PSBB yang bertujuan untuk mengurangi mobilitas penduduk dan interaksi sosial berpotensi mengubah cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan qurban mereka, mempengaruhi baik permintaan maupun suplai hewan qurban secara signifikan.

Mahir Farm, sebagai contoh peternakan yang terkena dampak pandemi, menunjukkan bagaimana strategi adaptif dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan ini. Mahir Farm mengadopsi strategi pemasaran yang lebih berani dengan memanfaatkan platform online untuk menjangkau konsumen. 

Penggunaan teknologi digital dalam pemasaran memungkinkan peternakan ini untuk mengoptimalkan penjualan dan mengurangi biaya transportasi, yang merupakan salah satu tantangan utama selama pandemi. Program Tebar Qurban adalah salah satu inisiatif yang dikembangkan oleh Mahir Farm untuk meningkatkan penjualan hewan qurban di daerah-daerah sentra produksi dan pemasok, dengan tujuan menekan biaya transportasi dan mempermudah distribusi.

Pada masa pandemi, perubahan perilaku konsumen menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan. Banyak konsumen yang lebih memilih untuk membeli hewan qurban secara online daripada datang langsung ke lapak qurban. Kemudahan sistem pembayaran dan proses transaksi online menjadi faktor penentu dalam keputusan pembelian konsumen. 

Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan dalam transaksi online sangat penting untuk meningkatkan penjualan hewan qurban. Program Tebar Qurban dan sistem pembayaran yang mudah diakses menjawab kebutuhan ini, memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian dengan lebih cepat dan efisien.

Dari pengalaman Mahir Farm, terdapat beberapa pelajaran penting yang bisa diambil untuk menghadapi situasi serupa di masa depan. Pertama, strategi adaptasi pemasaran sangat penting untuk menghadapi situasi yang tidak terduga seperti pandemi. Inovasi dalam pemasaran dan pemanfaatan teknologi digital dapat membantu bisnis untuk tetap beroperasi dan efektif meskipun dalam kondisi yang menantang. 

Kedua, penting untuk memahami perubahan perilaku konsumen dan menyesuaikan kebijakan pemasaran sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Dengan memprioritaskan kemudahan transaksi dan aksesibilitas, bisnis dapat meningkatkan penjualan dan efisiensi operasionalnya.

Secara keseluruhan, adaptasi dalam tataniaga hewan qurban selama pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa ketahanan dan fleksibilitas dalam strategi pemasaran sangat penting. Implementasi teknologi, pemahaman terhadap perilaku konsumen, dan inovasi dalam distribusi adalah kunci untuk menghadapi tantangan yang dihadapi industri peternakan selama pandemi ini. Pengalaman ini dapat menjadi referensi berharga untuk bisnis lain dalam merencanakan strategi adaptif di masa depan dan menghadapi krisis yang serupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun