Mohon tunggu...
Viane Suwasa
Viane Suwasa Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga, Novelis, Ilustrator, dan suka menulis puisi.

Banyak hal positif yang bisa dipelajari dalam hidup. Semangat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guru, Sang Pembawa Pelita

25 November 2020   11:57 Diperbarui: 25 November 2020   12:04 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak beberapa hari lalu, para orang tua murid di kelas anak saya sudah repot mempersiapkan kejutan buat para guru, yang rencananya akan di berikan tepat di 25 November 2020, yaitu Hari Guru. 

Ada yang membuat grup WhatsApp, menghubungi tiap orang tua lain, sampai mengumpulkan puluhan foto anak kelas yang memegang selembar kertas, bertuliskan ucapan terima kasih untuk para guru tercinta. Semua dilakukan orang tua murid dengan antusias. Anak-anak juga tampak bersemangat.

Hari yang dinanti pun tiba. Pagi ini, menurut salah satu arahan orang tua murid yang diberi tanggung jawab mengatur rencana tersebut, saya mendampingi kedua anak saya secara bergantian. Karena jam yang telah ditentukan kebetulan sama. Anak-anak tampak semangat pagi ini, menahan hasrat untuk mengangkat kertas yang sudah mereka sediakan. 

Setelah melalui renungan pagi, salah satu orang tua murid memutar rangkaian video yang sudah dipersiapkan dari beberapa hari lalu. Video tersebut dipersiapkan oleh pihak sekolah ( Kepala Sekolah dan jajarannya) serta para orang tua murid. Hal ini adalah kejutan untuk para guru yang selama ini telah bekerja keras membimbing anak-anak.

Secara langsung saya ikut menyaksikan kejadian hari ini. Hal tersebut membuat saya terharu. Selain saya teringat masa-masa sekolah saya dulu dan semua guru-guru saya, saya juga bisa melihat langsung reaksi anak-anak. Mereka begitu menyayangi guru mereka. 

Saat kejutan itu selesai diputar, semua anak-anak serentak mengangkat kertas ucapan yang telah dihiasi dengan cantik, dan mengucapkan Selamat Hari Guru. Tampak para guru sempat meneteskan air mata haru karena bahagia. Saya bisa melihat tatapan mata mereka begitu menyayangi anak-anak muridnya. 

Mereka begitu sabar dan penuh kasih sayang membimbing dan mengajar anak-anak. Hal ini bisa terlihat dari anak-anak yang menyayangi mereka dengan tulus. Pemandangan yang begitu indah di pagi hari, bukan? Saya jadi ikut terharu. Walau hanya berlangsung sekitar 30 menit, tapi tiap momennya sangat berharga.

Adakah dari kita yang masih ingat siapa nama guru kita pada saat sekolah dulu? Bagi saya, guru TK saya tak bisa saya lupakan. Karena pengalaman dengannya begitu berkesan. Namanya,Bu Kardiman. Sama dengan guru-guru saya dulu, para guru anak-anak saya tak kalah hebatnya. Mereka benar-benar mengabdi dalam mendidik anak-anak.

Selama masa pendemic ini, saya menyaksikan betapa mereka bekerja keras agar tetap bisa mengajar anak-anak walau melalui jarak jauh. Tak sedikit dari mereka berkorban lebih banyak waktu untuk belajar sistem dan cara mengajar yang baru dengan metode yang baru pula. Belajar bagaimana menggunakan aplikasi daring dan bagaimana caranya agar perhatian anak-anak tetap bisa fokus kepada mereka. 

Jujur, mengajar daring pasti tidak semudah mengajar tatap muka langsung. Tapi, itulah tantangan yang harus mereka hadapi, dan karena ada semangat yang luar biasa, maka para guru bisa dengan sabar mendampingi anak-anak.

Dokpri
Dokpri
Setiap hari saya melihat para guru anak saya yang mengajar di kelas satu. Secara pribadi saya sangat salut kepada mereka yang luar biasa sabar dan telaten mendampingi anak-anak belajar. 

Bukan hal yang mudah mengajar anak-anak yang berada di masa transisi dari Taman Kanak-Kanak masuk ke dunia Sekolah Dasar. Fase di mana anak-anak yang tadinya banyak bermain, tiba-tiba harus masuk ke level yang lebih serius dalam belajar. 

Dibutuhkan keahlian dan kesabaran khusus. Kadang ada saja anak-anak yang iseng atau mulai bosan ( termasuk anak saya ), mematikan kamera atau tidak mendengarkan penjelasan guru karena sibuk melakukan hal lain. Dan guru harus berulang kali mengulang apa yang telah disampaikan. Benar-benar sebuah kesabaran yang perlu diapresiasi.

Karena ini adalah hari yang begitu spesial, melalui tulisan ini, sudah sewajarnya ucapan terima kasih bertubi dipanjatkan. Terima kasih para guru, karena tak mengenal lelah dan tanpa mengeluh mendidik kami dan anak-anak kami. Terima kasih karena sudah menjadi pahlawan dalam dunia pendidikan. Mungkin nama kalian tak tercatat di dunia, tapi selalu tercatat di hati kami para murid. Terima kasih, tanpa kenal lelah terus berusaha mencerdaskan bangsa. 

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dan itu masih berlangsung sampai sekarang. Guru adalah rekan kerja orang tua dalam mendidik anak. Sungguh, guru bukanlah sebuah pekerjaan tapi pengabdian. Mengabdi untuk mendidik, mengabdi untuk mengajar.

Para guru yang baik hati, tetaplah bersinar terang menerangi jalan yang gelap. Karena tiap ilmu yang diberikan takkan pernah sia-sia.

Selamat Hari Guru, Para Guru Indonesia.
Jasamu tiada tara.

Balikpapan, 25 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun