Pada saat itu, hati saya tergerak membantunya. Saya segera masuk ke dalam kamar, mengambil beberapa lembaran uang yang rencananya akan saya pakai selama seminggu untuk makan. Jujur, pada saat itu, saat saya mengeluarkan lembaran uang tersebut terasa sangat berat. Karena beberapa minggu ini kondisi juga sedang pas-pasan. Tapi karena niat, akhirnya saya tetap menolong ibu tersebut.Â
Dalam hati saya berdoa, " Tuhan, tidak apa berkat ini saya pakai buat menolong ibu itu. Mungkin dia lebih butuh dari saya. Sertai saya dan keluarga seminggu kedepan, Tuhan. Amin." Lalu, saya melangkah keluar, memberi lembaran berkat itu ke ibu tersebut.Â
Berkali-kali dia mengucapkan terima kasih. Sebelum pulang dia sempat minta saya mendoakan dia, saya pun meng-iya-kan. Saya bahagia melihat wajahnya tampak bersukacita. Selanjutnya giliran saya yang putar otak buat beberapa hari ke depan.Â
Tak lama setelah ibu itu pulang, SMS di HP saya berbunyi. Ada seseorang yang mau membeli barang yang saya jual. Sudah lama saya mencoba menjual barang tersebut tapi tidak pernah laku karena harga yang tak cocok atau memang tidak ada yang menawar lagi.Â
Orang ini hanya bertanya apa barang tersebut masih ada, dan tanpa tawar menawar, dia langsung setuju untuk membeli. Orang tersebut datang ke rumah dengan membawa sejumlah uang lalu membeli barang saya tanpa banyak bicara. Saya merasa terheran-heran karena semua berlangsung dengan cepat. Seketika saya diingatkan kembali dengan kejadian tadi siang. Dan saya mulai menangis.Â
"Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Dia punya kuasa atas segala sesuatu. Dia bisa pakai kita menjadi berkat buat orang lain. Tapi, Dia juga bisa pakai orang lain untuk memberkati kita. Percaya saja, Tuhan pasti memelihara, amin."Â
Balikpapan, 23 November 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H