Mohon tunggu...
Vianca Annabel
Vianca Annabel Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kursi Vs Kesehatan: Pelajar Indonesia di Ambang Bahaya Kekurangan Waktu Olahraga dari Sekolah

1 Februari 2024   11:25 Diperbarui: 1 Februari 2024   11:37 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak mengenal WHO? WHO atau World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia) merupakan badan PBB yang bertugas mengatur dan mengkoordinasikan isu-isu kesehatan global. WHO beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa mayoritas remaja di seluruh dunia jarang berolahraga, sebuah temuan yang diungkapkan dalam Global Status Report on Physical Activity 2022. Namun, apakah temuan tersebut benar?

Adanya kesibukan pelajaran dan banyaknya tuntutan akademis, banyak pelajar menghadapi kendala dalam menemukan waktu untuk berolahraga. Salah satu faktor yang berkontribusi pada kurangnya kegiatan fisik di kalangan pelajar adalah terbatasnya waktu yang disediakan sekolah untuk berolahraga.

"Sekitar 81% remaja saat ini tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik minimal untuk mencapai kesehatan optimal," ungkap WHO.

Dalam era modern yang didominasi oleh teknologi, semakin banyak pelajar yang menghadapi tantangan akibat kurangnya kegiatan olahraga. Gaya hidup yang cenderung monoton kurang adanya aktivitas tubuh untuk bergerak menimbulkan dampak negatif pada kesehatan fisik maupun mental pelajar. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan kurang adanya kegiatan olahraga di kalangan pelajar serta dampaknya terhadap performa studi mereka.

Tekanan Akademis

Dengan persaingan yang semakin ketat di dunia akademis, banyak pelajar merasa tertekan untuk mencapai hasil yang tinggi dalam studi mereka. Menuju generasi emas 2045, Indonesia semakin gencar mendidik generasi mudanya untuk dapat bersaing di kancah internasional (Kemdikbud.go.id). Selain dapat memajukan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia akan membawa Indonesia menjadi sebuah negara yang maju dan mandiri. Akibatnya, persaingan ketat dan banyak waktu generasi muda tersita. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berolahraga sering dikorbankan demi belajar lebih intensif. Pemahaman yang kurang tentang keseimbangan antara kegiatan akademis dan fisik dapat berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang. Tekanan yang hadir di era ini tentu jelas terlihat. 

WHO memberi rekomendasi aktivitas fisik berbeda untuk setiap kelompok umur. Anak-anak dan remaja (10-19 tahun) direkomendasikan berolahraga ringan minimal 60 menit per hari. Sedihnya, penelitian yang diungkapkan dalam edisi November 2019 jurnal The Lancet Child & Adolescent Health menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen siswa di seluruh dunia tidak memenuhi rekomendasi tersebut. Fenomena ini tentu termasuk pelajar-pelajar di Indonesia dimana jarang berolahraga. Selain itu, sekolah sebagai tempat dimana remaja menghabiskan paling banyak waktu juga kurang menekankan pentingnya olahraga. Terbukti dari sebuah situs web asal SMAN 1 Pare, menyebutkan struktur kurikulum 2013 hanya menyelipkan 3 jam untuk mata pelajaran olahraga. 

Banyaknya beban kurikulum akademis yang padat seringkali menjadi penghalang utama bagi waktu olahraga di sekolah. Penting untuk mengevaluasi dan menyesuaikan kurikulum sehingga memberikan ruang yang cukup bagi olahraga dan kegiatan fisik.

Memprioritaskan pendidikan memang lah penting namun jauh lebih baik jika kesehatan fisik dan mental pelajar diperhatikan. Selain diakibatkan oleh alokasi waktu yang lebih banyak untuk belajar, terkadang terbatasnya kesempatan siswa untuk berolahraga juga disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang disediakan. Padahal dampak dari kurang olahraga terhadap kesehatan siswa dapat membahayakan nyawa. Contohnya dengan kekurangan kegiatan fisik dapat menyebabkan penyakit jantung dan diabetes. 

Kursi vs. Kesehatan

Memanglah benar adanya bahwa kursi telah berperan penting dalam aspek kehidupan manusia, namun disisi lain kegunaan nya kursi juga dapat membahayakan nyawa. Berdasarkan Cimahikota.go.id, duduk terlalu lama dapat menyebabkan bagian pembuluh darah juga memperlamat metabolisme tubuh yang akhirnya berdampak pada kinerja tubuh secara keseluruhan. Seringkali kita temukan, dalam masyarakat sudah berpostur tubuh buruk. Padahal, memiliki postur tubuh yang baik bukanlah hanya tentang penampilan semata, namun memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan secara keseluruhan, termasuk sistem gerak, pencernaan, pernapasan, dan lainnya (Ciputra Medical Center). 

Oleh sebab itu, untuk memerangi dampak buruk dari 'kursi' atau lebih tepatnya duduk terlalu lama, olahraga sangat diperlukan pelajar untuk menghilangkan stres, kecemasan, bahkan depresi. Tak hanya itu, dipetik dari BBC, banyak terlihat pelajar yang mengalami obesitas dikarenakan permasalahan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun