Sang filsuf mati menghadap Tuhan
Namun, Si penulis terus mengirim.
Bertanya: Apa kabar filsuf kesayanganku?
Sudahkah kau makan dan berak
Apakah di surga sungguh menyenangkan
Sampai hati meninggalkan,
Aku dan duniamu yang penuh warna.
Air mata terus bercucuran
Seperti badai yang menerjang lautan
Menunggu balasan dari si Congkak
Memang sulit di tebak,
Rasanya seperti menungguÂ
Tuhan mencabut nyawa....
Lekas membaik katanya.
Dunia berbohong tentang
Cinta dan kemurahan hati
Manusia yang cukup lama.....
Menanti.
___________________________________________
24 Februari 2024
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!