Mohon tunggu...
via indriyani
via indriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, ini Via. Di sini tersedia puisi dan cerpen yang bisa dibaca ya. Semoga dapat memberi inspirasi dan kebahagian bagi yang membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sebuah Mimpi

15 Januari 2024   21:22 Diperbarui: 15 Januari 2024   21:30 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

----

Apa yang dinyanyikan tanpa nada sumbang?

Pastilah si tawa rindu.

Mak, bilang. Di sini saja dekat Balai Kota

Kota si Sinyo jauh.

Berdarah-darahlah kami berbaring mengeruk tanah dan sungai.

----

Nirmala bangun seperti hari-hari biasanya. Pergi mandi dan keluar untuk makan di warung nasi di samping kiri kosnya. Mula-mula digigitlah pepaya dalam tangan sambil membaca koran bau gorengan di tengah muda mudi yang makan dengan pasangan. Inilah dia, Nirmala namanya sudah 3,5 tahun berkuliah dan tahun depan tepat tahun ke- 4nya dia akan wisuda dan setelah itu pergi bekerja. Namun, dia masih ingin melanjutkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke Negeri Eropa seperti kawannya yang kaya dan pintar. Banyak mendengar para dosen dan kakak tingkatnya yang sudah lulus dahulu pergi melanjutkan pendidikan ke Negeri Eropa membuat semangatnya menyala seperti semangat juang tahun 45. Pepaya yang tadi diganti dengan nasi pulen dan ayam bakar penuh kecap dan sambal. Menu favoritnya yang belum tentu Emak masak di rumah.

Lembaran koran sudah dibaca penuh anggukan kepala kini beralih ke ponsel yang semula diletakkan di samping kiri piring nasi. Empat temannya pun muncul membawa piringan nasi pulen dengan lauk yang berbeda kemudian mereka duduk saling berhadapan kecuali si kacamata. Mereka makan dengan lahap dan dilanjutkan mengobrol satu dua hal yang membuka pikiran.

"Menyesal Aku lulus lebih dulu, sendirian ternyata dari grup kita." Pungkas Sandra dengan lesu.

"Suruh siapa cepat-cepat. Sudah dibilang 4 tahun saja, bedanya hanya setengah tahun. Memusingkan diri sendiri jadinya." Ujar Kayla.

"Aku tidak bisa datang dan pasti kamu akan menyalahkanku karena itu, padahal jika dilihat dan ditelusuri kamu bisa marah pada keluargaku karena menikahkan kakakku dalam keadaan kamu yang akan wisuda." Mira memandang Sandra beralih ke Kayla, Nirmala, dan terakhir pada Haura yang asyik menyedot es jeruk.

Mereka semua terdiam. Saling pandang dan mendesah. Walaupun demikian, hubungan mereka selalu baik. Tanpa menatap teman-temannya Nirmala mengutarakan keinginannya.

"Daripada ribut tidak jelas antara masalah wisuda 3,5 tahun Sandra dan acara pernikahan kakakmu Mira lebih baik kalian dengarkan Aku." Semuanya saling bertukar pandang merasa aneh pada Nirmala.

"Aku rasa. Aku tidak jadi menerima tawaran pekerjaan di penerbitan dan kantor berita apalagi tawaran untuk bekerja menjadi staf perpustakaan Nasional itu. Aku sudah putuskan Aku akan terbang ke Eropa, mungkin, ke Jerman, Inggris, Skotlandia, Italia, atau ke Belanda. Tapi, tidak menutup kemungkinan aku akan tetap menerima tawaran pekerjaan yang Aku sebutkan tadi terlebih kalian tahu kedua orang-tuaku dan latar belakangku yang seorang anak desa yang hidup di perantauan menggunakan beasiswa. Walaupun sesekali jika panen sayuran atau jual kambing mereka tetap mengirimi uang yang cukup untuk menambah uang makan. Hey!! Jangan menatapku seperti orang kesetanan." Pungkas Nirmala sambil tersenyum kecut.

"Aku suka mimpimu. Aku juga ada rencana untuk melanjutkan S2 di Negeri Eropa salah satunya Belanda." Kata Haura menyunggingkan senyum.

"Apa pun yang kalian impikan biarlah terjadi. Mintalah restu orang-tua dan carilah informasi sebanyak mungkin dan jangan lupa untuk belajar lebih giat lagi untuk itu. Kalau-kalau kita semua bisa melanjutkan pendidikan di Negeri Eropa dengan Negara dan kampus impian masing-masing itu bagus. Walaupun demikian, jika tidak bisa pun masih bisa dikejar pada tahun berikutnya setelah kita lulus." Inilah akhir dari percakapan yang simpang siur terdengar sangat intens dan memaksa keadaan. Percakapan ini ditutup dengan apik oleh Sandra, memang dia yang paling dewasa dan pintar di antara mereka berlima.

Mengikuti saran dari Sandra, Nirmala pun mencari info tentang beasiswa ke luar negeri, universitas-universitas yang bagus dengan jurusan master yang akan di ambil, bahasa yang umum dipakai selain bahas inggris, serta berapa yang akan dihabiskan untuk hidupnya berjaga-jaga jika dia tidak menerima beasiswa full, dia akan bekerja untuk mencukupi kekurangan itu. Dibukanya website-website untuk membaca jurnal dan buku-buku yang sekiranya bisa membantu. Selain itu, dia juga membuka aplikasi khusus belajar bahasa demi mengukur kelancaran berbahasa inggrisnya. Membuka aplikasi untuk berbicara dengan orang yang juga sedang belajar bahasa inggris atau belajar bersama pembicara asli. Konon katanya seorang penutur asli akan sulit didengar apa maksud ucapannya saking cepatnya bicara. Sesi belajar pun ditutup dengan belajar bahasa Belanda dasar dan Spanyol. Malam ini Nirmala sungguh-sungguh ingin mengejar impiannya ke negeri Eropa dengan belajar lebih giat dimulai dari malam ini.

Bersambung...........

Sukabumi, 11 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun