Mohon tunggu...
Via Aulindra
Via Aulindra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sangkal Putung Salah Satu Pengobatan Tradisional yang Kontroversial

28 Desember 2024   19:30 Diperbarui: 28 Desember 2024   19:26 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ners.unair.ac.id

Apa Itu Sangkal Putung?

Sangkal putung merupakan teknik pengobatan tradisional yang dipercaya dapat menyembuhkan patah tulang dengan cara mengoleskan minyak urut dan melakukan pemijatan pada area yang terkena. Praktik ini sering kali melibatkan penarikan dan pemijatan untuk menyambungkan kembali tulang yang patah. Meskipun banyak yang meyakini efektivitasnya, penting untuk memahami risiko yang mungkin ditimbulkan.

Risiko yang Mungkin Terjadi

1. Bengkak Berulang: Pemijatan pada area patah tulang dapat menyebabkan perdarahan baru, yang mengakibatkan pembengkakan lebih lanjut.

2. Nyeri Hebat: Tindakan pemijatan dapat meningkatkan sensasi nyeri, terutama jika dilakukan pada jaringan yang sudah terluka.

3. Kelainan Struktur Tulang: Ada kemungkinan tulang tidak menyatu dengan baik, yang dapat menyebabkan deformitas.

4. Infeksi: Pada kasus patah tulang terbuka, pemijatan dapat meningkatkan risiko infeksi karena eksposur terhadap lingkungan luar.

5. Sindrom Kompartemen: Tekanan berlebihan akibat pemijatan dapat menyebabkan sindrom kompartemen, yang berpotensi berbahaya.

Prof. Ismail Hadisoebroto Dilego dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa tidak semua kasus patah tulang memerlukan operasi. Namun, pengobatan medis harus menjadi pilihan utama, terutama jika ada risiko salah penanganan (Detik Health, 2019).

Dalam banyak kasus, pengobatan medis seperti imobilisasi, fisioterapi, atau bahkan operasi lebih dianjurkan untuk memastikan penyembuhan yang tepat. Pilihan masyarakat untuk menggunakan pengobatan tradisional sering kali dipengaruhi oleh perilaku kesehatan dan kepercayaan terhadap metode tersebut (Utami, 2015).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun