Mohon tunggu...
Via Mardiana
Via Mardiana Mohon Tunggu... Human Resources - Freelance Writer

Penulis Novel | Freelance Writer | Blogger | Traveller | Instagram : @viamardiana | Twitter: @viamardianaaaaa | Blog pribadi : www.viamardiana.com | Email : engineersukasastra@gmail.com atau mardianavia@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Semangat Ibu dalam Perjuangan Mencerdaskan Generasi Bangsa di Desa

23 Desember 2022   07:12 Diperbarui: 23 Desember 2022   07:18 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usianya memang sudah tak lagi muda. Katanya, dulu dia adalah atlit bola voli. Sempat ingin daftar jadi Tentara, tapi gugur karena tidak bisa berenang. Kocak memang kalau mendengar ceritanya dulu. Hingga akhirnya, nasib membawanya sekolah di SPG dan menjadi seorang Guru hingga saat ini.

Ya, itulah Ibuku. Nama lengkapnya Ida Hartini. Tahun ini genap berusia 52 tahun dan masih semangat untuk mencerdaskan generasi bangsa. Setiap hari dari Senin sampai Sabtu, dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Berangkat ke Sekolah untuk mengajar anak-anak di Desa. Ya, Ibuku tinggal di sebuah Desa sekitar 140 kilometer dari kota Jakarta. Nama Desanya Sagalaherang.   

Ketika aku pulang ke rumah, dia sering kali bercerita bahwa menjadi guru apalagi di Desa tidaklah mudah. Banyak tantangan yang menghadang, tapi mau tidak mau itu harus dilawan. Sebab, tugasnya mulia, yakni memberikan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak lewat jalur Pendidikan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Desa berbeda dengan Kota yang dimana semua fasilitas tersedia. Saat murid belajar, sang Guru pun ikut belajar. Belajar bagaimana menghadapi tingkah laku murid yang setiap hari ada saja ulahnya. Lalu, belajar mengikuti perkembangan zaman, apalagi sekarang proses pembelajaran sudah mulai terdigitalisasi. Mau tidak mau, suka tidak suka, seorang Guru harus cepat beradaptasi agar bisa mengajari muridnya.

Setiap hari ada saja tingkah murid yang membuat tertawa, kesal, yang berakhir dengan tarik nafas dalam-dalam atau mengelus dada. Kadang ingin marah, tapi buat apa. Kata Ibu, kita tidak pernah tahu akan jadi apa anak-anak yang dia ajar hari ini. bisa jadi, dia adalah calon Dokter, calon Guru, calon Tentara, bahkan siapa tahu ada calon Presiden.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Semangat Ibu untuk mengajar tidak pernah padam. Meski usianya sudah tidak lagi muda, tapi tekadnya selalu kuat untuk memberikan kontribusi terbaik bagi Bangsa dan Negara yakni dengan memberikan kesempatan kepada Peserta Didik untuk mendapatkan pelajaran terbaik. Menyampaikan dengan cara termudah agar Peserta Didik paham tentang materi yang diajarkan. Harapannya, semua akan bermanfaat bagi muridnya kelak.

Aku pernah bertanya, apakah Ibu pernah merasa lelah ketika mengajar? Jawabannya pernah, tapi itu bukan alasan baginya untuk selalu memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Fase yang sulit saat itu, ketika Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Ibuku panik, karena hampir 1 tahun sekolah vakum dan anak-anak hanya belajar lewat group Whatsapp. Dan itu pun tidak semua anak orangtuanya memiliki handphone.

Hingga Ketika Covid-19 mulai turun, Pemerintah Kabupaten mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara online dan juga offline, dan Ibuku memutuskan untuk mengajar anak-anak dirumah.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat dan dibatasi hanya 6 orang saja. Artinya, jika dalam 1 kelas ada 30 murid, Ibuku harus mengajar sebanyak 5 kali dalam 1 hari. Tapi, dia tidak pernah mengeluh. Seperti kataku, tekadnya bulat untuk memberikan yang terbaik bagi muridnya.

Mungkin, itulah kenapa banyak yang menyayanginya. Bahkan, murid-murid terdahulunya yang mengenal dia sebagai sosok guru terbaik yang pernah mengajar, katanya. Ibuku memang galak, tapi bukan marah-marah tidak jelas. Bahkan mantan muridnya pernah berkata padaku, kalau Ibuku tidak menegurnya dulu mungkin dia tidak akan menjadi orang sukses seperti sekarang.

Nah, yang uniknya Ibuku tak hanya mengajar pelajaran Sekolah saja, tapi juga aktif memberikan pengetahuan literasi kepada murid-muridnya. Alhasil, Ketika ada perlombaan baik tingkat Kecamatan maupun tingkat Kabupaten murid perwakilan dari Sekolah Ibu sering menyabet juara.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Ibuku juga aktif menulis cerpen, puisi, yang dituangkan dalam beberapa buku antologi. Selain itu, beberapa karya tulisnya juga 'mejeng' dibeberapa Tabloid. Hebatkan? Menurutku Ibu adalah figure nyata sebuah pengabdian seorang warga negara untuk Negaranya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dalam aktivitasnya menjadi Guru tentu Ibu harus menjadi contoh yang baik bagi muridnya. Entah dari segi perilaku ataupun penampilan. Dalam segi perilaku tentunya Ibu harus menjadi figure yang baik, agar kelak menciptakan generasi-generasi muda yang unggul yang dapat bersaing meskipun berasal dari Desa. Lalu, dari segi penampilan mau tidak mau Ibu harus berpenampilan rapih dan juga pantas. Itulah alasannya kenapa menurutku Ibu membutuhkan produk kecantikan untuk merawat dirinya.

Baginya, meskipun sudah tua tapi penampilan tetap harus rapih dan juga muda. Apalagi setiap hari bertemu dengan anak-anak yang terkadang semangatnya menggebu-gebu ditambah zaman sangat cepat berubah sehingga skill yang harus dimiliki saat ini adalah kecepatan dalam beradaptasi.

Bagi Ibu menjadi Guru tidak hanya soal jabatan, tapi juga amanah. Anak-anak itu kelak akan menggantikan para Tetua yang saat ini memangku jabatan. Jika mereka tidak dibekali dengan pengetahuan yang baik akan dibawa kemana masa depan Negeri ini.

Selamat Hari Ibu, Mamah. Terimakasih telah menjadi inspirasi tidak hanya bagi anakmu, tapi juga anak didikmu. Semoga kelak, Negeri ini tidak pernah kehabisan generasi-generasi unggul dengan mimpi-mimpi berlian, sebab akan lahir generasi-generasi yang luar biasa itu dari sebuah Desa di kaki Gunung Tangkuban Perahu berkat dirimu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun