Barangkali Ramadan kali ini adalah hadiah bagi kita semua untuk berlomba-lomba meningkatkan kekuatan diri, berlomba-lomba untuk menabung pahal dengan berbuat baik kepada teman-teman yang membutuhkan, dan barangkali Ramadan kali ini adalah indikator bahwa Allah sebenarnya rindu kepada kita, namun kita terlalu sibuk mengurusi urusan dunia.
Pasrah adalah sebuah kesalahan. Sebab, dalam Al-Quran saja sudah tertulis bahwa Allah tidak akan mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri. Semangat boleh patah beberapa hari, tapi tak boleh selamanya.
Ramadan tahun ini memang berat, tapi ini adalah bagian dari scenario Allah yang harus dilewati. Pandemi corona memang menyiksa, tapi mau tak mau kita harus menerima dan menjaga agar kita tidak tertular dengan mematuhi protokol-protokol yang sudah disiapkan oleh pemerintah.
Rencana cuti panjang sepertinya tidak jadi diajukan. Padahal sebelumnya aku sudah benar-benar menjaga diri agar bisa mudik dan tidak membawa penyakit. Tapi, ternyata larangan tersebut sudah dibuat dan aku tidak tahu bisa mudik atau tidak. Tentu ini adalah hal yang berat sebab aku ingin lebaran di kampung halaman. Sabar, semua akan segera lebih baik.
Barangkali ini memang Ramadan yang sulit bagi kita semua. Tapi, seperti pepatah yang selalu dikumandangkan, bahwa selepas hujan akan ada pelangi. Kita tidak boleh patah semangat untuk terus menata kehidupan. Setiap orang sedang berusaha bertahan, menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan, menjaga apa yang masih bisa dijaga. Meratapi kondisi jelas tidak mengubah apapun, yang pasti kita harus percaya bahwa setelah hujan selalu ada pelangi yang indah, termasuk setelah ketidakpastian gara-gara covid-19 ini pasti ada hal-hal baik menyapa kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H