Mohon tunggu...
Via Mardiana
Via Mardiana Mohon Tunggu... Human Resources - Freelance Writer

Penulis Novel | Freelance Writer | Blogger | Traveller | Instagram : @viamardiana | Twitter: @viamardianaaaaa | Blog pribadi : www.viamardiana.com | Email : engineersukasastra@gmail.com atau mardianavia@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Tanpa Malam Minggu

25 April 2018   08:04 Diperbarui: 25 April 2018   08:54 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yaudah coba aja dulu," kataku.

Si pelayan menuruti apa yang aku inginkan. Dia mengantarkan frapucino pesananku beserta kertas kecil ajakan pertemuan kepada perempuan tersebut. Namun, benar saja. Perempuan tersebut tidak mau menerima apa yang aku berikan. Semakin sering aku melakukan hal tersebut, semakin sering juga aku menerima penolakan darinya. Hal ini terus aku lakukan sampai satu bulan.

Setiap hari selama hari kerja aku mengunjungi coffeeshop ini. Seperti biasa, perempuan itu sudah duduk terlebih dahulu dimeja biasa sebelum aku datang. Aku sengaja duduk dimeja yang lebih dekat agar lebih leluasa untuk melihat wajahnya. Aku benar-benar menghadap kearahnya. Aku memperhatikan wajahnya, lalu dia menangkap ketika aku sedang memperhatikannya. Dia mencoba untuk tidak peduli terhadap diriku. Padahal jelas-jelas aku terus menerus melihatnya.

Jam menunjukkan pukul 08.30. Dia pulang lebih cepat dari biasanya. Dia membereskan laptopnya lalu pulang. Sepertinya dia sadar akhir-akhir ini sering aku perhatikan. Sehingga, dia memutuskan untuk pulang lebih awal. Setelah dia masuk ke dalam mobilnya, aku mengikutinya dari belakang. Dia sepertinya menuju ke arah bandara. Aku pun tetap mengikutinya.

Dia memarkir mobilnya lalu keluar dan menuju terminal kedatangan. Aku terus mengikutinya dari belakang. Alangkah terkejutnya ketika aku melihat dia memeluk seorang pria. Lalu, mereka menuju tempat parkir. Aku memutuskan untuk tidak mengikutinya. Sepertinya, itu adalah kekasihnya. Aku pun pulang dengan kecewa.

***

Setelah selesai bekerja. Aku segera menuju coffeeshop biasa untuk menenangkan pikiran. Entah mengapa perempuan tersebut benar-benar membuatku penasaran. Seperti biasa, aku menemukan dia dimeja ujung dekat jendela. Haruskah aku menyapanya dan kembali mengajaknya untuk jalan berdua? Bisa jadi pria semalam yang dipeluknya adalah kakak laki-lakinya.

Seorang pelayan mendekati perempuan tersebut. Lalu, tidak lama kemudian dia menuju kearahku. Pelayan tersebut memberikan secarik kertas.

"Akhirnya, ada yang mau dia balas juga kak," kata si pelayan.

"Jadi selama ini dia membaca kertas-kertas yang aku berikan?" tanyaku.

"Tidak,"               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun