Mohon tunggu...
vhalespi
vhalespi Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis dan wiraswasta

penulis, hobi membaca, menulis dan sejumlah hobi di banyak minat dan bidang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

(Cerita Komedi) Distraksi/Teralihkan Bagian 3/5

6 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 6 Juli 2023   10:45 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya?"

"Bagian kamu sudah buat Revi."

Fendry merasa gondok tapi tak bisa apa-apa. Es krim coklat tidak penting, yang penting adalah dia tak boleh lagi menunda menulis ide cerita di kepalanya. Masalahnya adalah kalimat-kalimat yang tadinya sudah ada di kepalanya beberapa jam lalu lenyap entah kemana saat fokusnya buyar.

Saat berkontemplasi teringat lagi inti kisah dan kalimat yang akan ditulisnya, jari-jari tangannya mulai bergerak menekan tombol papan ketik. Selama proses pembuatan karya terbarunya Fendry mengalami rasa puas dan gembira karena akhirnya berhasil mengetik dengan lancar, kata demi kata membentuk kalimat yang lalu membuat rangkaian narasi dan jalan cerita yang dikerjakan sambil berproses dalam otaknya. Dalam waktu setengah jam tanpa interupsi dari pihak luar, dia berhasil membuat tiga halaman naskah.

Sambil berpuas diri, diingatkan dirinya untuk beristirahat sebentar agar badan tidak pegal dan kaku karena terlalu lama duduk dan matanya terkena radiasi pancaran cahaya monitor komputer. Berjalan-jalan sebentar keliling ruangan sambil mengangkat barbel kecil di kedua tangan, dia berkhayal kalau nanti naskah novel yang disusunnya akan berjumlah sekian ratus halaman, dijual dengan harga sekian dan dia mendapatkan royalti sekian puluh juta rupiah, bukunya akan laku dan dicetak ulang berkali-kali. Dia akan diwawancarai seputar keberhasilannya menulis buku ketiga yang menarik banyak penggemar, para kritisi memuji tulisannya, tema dan gaya penulisan yang menarik dan tidak biasa. Fendry bicara pada diri sendiri mengimajinasikan kesuksesan yang belum terjadi itu sementara karya yang dibuatnya baru tiga halaman.

"Kamu ngomong sama siapa?" tegur Nita sambil menatap suaminya dengan mimik sebal.

Fendry kaget dan tergagap, benaknya kosong, rasa malu meliputi dirinya karena ketahuan sedang melantur dan takut disangka tidak waras.

"Nggaaak! Cuma lagi..., lagi...," dia malu menjawab kalau sedang berkhayal serta karena ditanya mendadak hingga tak bisa menyiapkan jawaban yang tepat untuk menutupi tingkah anehnya.

"Bilang saja kamu lagi mengkhayal, susah amat sih jawab kayak begitu?"

"Bukan kok! Bukan mengkhayal!" bantah Fendry ngotot tapi rasa malu sudah menjalar.

"Saya dengar semua tadi. Mengkhayal di wawancara, dipuji kritisi, terima honor sekian juta, buku yang terjual sekian puluh ribu copy. Memangnya sudah berapa halaman yang kamu tulis?"

"Mmmh, yaa lumayan deh," jawab Fendry dengan suara agak tak jelas.

"Berapa?" desak Nita.

"Tiga," sahut Fendry, suaranya turun beberapa oktaf.

"HAH? Berapa? Coba kalau ngomong suara kamu lebih keras dan mantap. Itu kayak maling celana dalam ditangkap warga dan diinterogasi tapi suaranya kayak nggak ada."

"Tiga," sahut Fendry tak sabar, nadanya meninggi dua kali lipat.

"Tiga? Berapa lama kamu baru menulis tiga halaman?"

"Setengah jam, barangkali," suara si suami turun kembali ke tingkat berbisik.

"Hah? Berapa lama? Kamu kalau ditanya sering takut-takut begitu sih? Memangnya kamu sudah berbuat salah sampai suara kayak hilang gara-gara sakit tenggorokan?"

"Setengah jam!"

"Tiga halaman setengah jam, mengkhayalnya satu jam. Kapan selesainya?"

"Saya tadi kan istirahat, nggak boleh duduk dan menatap layar komputer terlalu lama, sekalian saya olah raga angkat beban."

"Istirahat sebentar memang perlu tapi bukan sambil mengkhayal dan lebih lama dari waktu kerjanya," tegur Nita.

Sang penulis agak tersinggung diberitahu seperti itu, memang benar dia seharusnya lebih banyak bekerja dan sedikit bersantai, bukan sebaliknya. Tapi karena kepergok sedang berpikiran melantur tak karuan, harga dirinya agak terusik walau sadar kalau itu salahnya sendiri yang sering melakukan kebiasaan itu dan enggan berubah.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun