Mohon tunggu...
vhalespi
vhalespi Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis dan wiraswasta

penulis, hobi membaca, menulis dan sejumlah hobi di banyak minat dan bidang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

(Cerita Komedi) Distraksi / Teralihkan Bagian 2/5

5 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 5 Juli 2023   06:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tuh lihat hasil kerjaan kesayanganmu!!" tunjuk istrinya dengan gemas dan bergantian antara sofa kulit dengan golden retriever yang sedang duduk terengah-engah di ujung ruangan sambil menjulurkan lidah, matanya menatap kedua majikan dengan mimik tanpa merasa bersalah.

"Sabar Nit, namanya juga hewan. Dia nggak ngerti mana yang boleh dan nggak."

"Kamu sebagai tuannya harus bisa melatihnya dari dulu! Saya sudah sering bilang: Dilatih! Dilatih! Dilatih! Dari dulu kamu selalu bilang nanti, ntar, besok, kalau sempat! Tapi nggak pernah ada waktu melulu. Duduk ngetik di komputer atau sibuk ini itu yang nggak jelas!" cerocos Nita.

"Laaah!! Nggak jelas bagaimana? Kan saya musti betulin genteng yang bocor, merawat tanaman, buang pup si Revi...," Fendry mencoba membela diri dan memberi alasan.

"Ya sekarang kamu buang dulu itu hajatnya si Revi dan bersihin sofa kita!" tukas Nita.

Fendry dengan kedua bibir maju ke depan membereskan hasil ulah peliharaan mereka yang sekarang berjalan santai mendekati sang majikan.

"Kalau dari dulu kamu latih dia pup di tempat yang seharusnya, sofa kita nggak akan jadi toilet pribadinya tiap kali dia mau e-ek!"

Fendry tak menyahut, Nita memang benar. Seharusnya sejak kecil Revi dilatih pup di tempat yang benar, kejadian ini tak akan pernah jadi acara rutin tiap hari dan omelan istrinya yang hampir selalu diulang seperti lagu yang diputar ulang terus menerus. Dia selalu menunda dan terdistraksi pada hal-hal lain. Merasa malas mengerjakan yang betul-betul penting, malahan melakukan kegiatan yang sepele yang sebetulnya tidak harus atau tidak perlu diurusi.

Sampai sekarang dari sepuluh proyek penulisannya hanya dua yang sudah terbit, sisanya masih belum jelas kapan akan selesai. Untungnya dua buku itu termasuk best seller dan selalu dicetak ulang yang membuat keadaan finansial mereka cukup mapan.

Selesai membuang limbah perut si kurang ajar, dia masih harus membersihkan sofa dengan desinfektan. Meskipun terbuat dari kulit tapi warnanya yang biru pucat menjadi banyak noda kecoklatan di sana sini hasil sekresi yang tak bisa hilang. Nita tak pernah lagi mau duduk di sana setelah Revi dimarahi dan dilatih tapi tetap tak berubah. Mereka juga malu kalau ada tamu yang akan duduk di sofa itu sementara anjingnya menatap tamu dengan wajah tak suka saat wilayah pribadinya dikuasai mahluk lain. Hanya Fendry yang masih mencoba bertahan duduk di tempat itu sambil berpura-pura tak pernah dinodai bom feses.

Kini setelah semua beres dia ingin kembali lagi ke depan komputer dan melanjutkan hal yang harus dikerjakannya. Setibanya di ruang kerjanya, tampak Revi sedang berbaring santai di kursinya.

"Turun!" bentaknya.

Anjing itu hanya menatap acuh tak acuh, seolah berkata, "Memangnya aku tak boleh berbaring di sini?"

Fendry mencoba menangkap tengkuk hewan itu dan memaksanya turun tapi urung setelah digonggongi dua kali disertai seringai gigi-gigi taring runcing dan geraman mengancam.

"Sebenarnya siapa sih yang majikan dan bawahan?" sindir Nita. Entah kapan dia muncul dari belakang suaminya.

Fendry sebal dengan komentar istrinya, tapi harus diakuinya dia tak pernah bersikap tegas dan selalu membiarkan peliharaannya berbuat bebas. Sekarang dia menuai akibatnya karena selalu memanjakan dan tak mendisiplinkan Revi. Komputernya menyala dan memboroskan listrik tanpa bisa dipakai sementara si penguasa kursi entah kapan akan beranjak pergi.

"Revi! Sini! Nih! Es krim coklat!" bujuk Nita.

Anjing itu menegakkan telinga dan bangun, mendekati majikan keduanya dengan antusias.

"Trims Nit."

"Kamu hutang belikan es krim coklat tiga bungkus."

"Tigaaa???"

"Buat saya dan dua lagi buat Nia dan Tio." Dua yang terakhir anak mereka.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun