Mohon tunggu...
vhalespi
vhalespi Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis dan wiraswasta

penulis, hobi membaca, menulis dan sejumlah hobi di banyak minat dan bidang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haenyeo, Penyelam Wanita Korea Selatan

6 Juni 2023   03:03 Diperbarui: 6 Juni 2023   03:06 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haenyeo

        Di Korea ada penyelam wanita seperti rekannya di Jepang yang disebut Haenyeo atau Haenyo di Pulau Jeju. Mereka dikenal dengan kehidupan keluarga semi matriarkal. Tradisi ini dimulai sekitar abad ke-5 Masehi dan dilakukan para pria dengan perkecualian wanita yang bekerja bersama suami mereka. Penyelam wanita baru disebut di abad ke-17 dalam sebuah monografi tentang Jeju yang menyebut mereka jamnyeo (penyelam wanita). Di abad ke-18 penyelam wanita menjadi lebih banyak karena banyak pria yang meninggal karena perang atau tewas saat menyelam.

        Tahun 1910 saat Jepang menduduki Korea, pekerjaan ini semakin penting dan menguntungkan. Saat Jepang dan Korea memakai jasa mereka, penghasilan Haenyeo meningkat dan memberi setengah nafkah keluarga dan perekonomian Jeju. Seperti di Jepang, Haenyeo mulai berlatih di usia 11 tahun dan setelah tujuh tahun belajar, mereka dianggap sudah layak dianggap sebagai Haenyeo. Umumnya mereka menangkap abalone, keong, gurita, bulu babi, tiram, siput laut dan sebagainya.

        Di pulau lain seperti Pulau Mara, seluruh wanita mencari nafkah sebagai Haenyeo sementara kaum pria mengurus rumah dan anak, di Jeju ada tradisi pria membayar mahar keluarga pengantin dan merayakan kelahiran seorang putri. Di masa modern pemerintah Korea menunjukkan penghargaan dengan cara mensubsidi peralatan selam dan memberi hak eksklusif menjual makanan laut segar dan cara hidup mereka menjadi Warisan Budaya Non Benda oleh UNESCO tahun 2016.

        Karena perkembangan industri, sebagian kecil tanah Pulau Jeju ditanami jeruk untuk ekspor dan daya tarik wisata. Akibatnya jumlah Haenyeo berkurang karena banyak wanita bekerja di posisi yang lebih menarik dan memiliki kesempatan pendidikan. Haenyeo juga ditampilkan dalam budaya modern seperti film My Mother, The Mermaid (2004), Tamra, The Island (2009), novel berjudul White Chrisantemum (2018) karangan Mary-Lynn Bracht dan drama teater berjudul Endlings (2018-19) karya Celine Song.

Sumber: : https://en.wikipedia.org/wiki/Haenyeo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun