Mengoleksi prangko dan kartu pos adalah salah satu hobi dan kegiatan yang sejenis dengan numismatik atau hobi mengoleksi koin dan mata uang. Hobi ini disebut filateli dan orang yang melakukannya disebut filatelis. Prangko langka, dicetak terbatas atau dicetak untuk memperingati kejadian tertentu biasanya berharga tinggi. Urutan kedua dari hobi filateli ini adalah mengoleksi kartu pos bergambar atau tema tertentu yang biasanya dihiasi gambar tokoh, tempat atau kejadian terkenal.
Hobi filateli dimulai setelah prangko semakin banyak dipakai dengan gambar, nilai dan ukuran berbeda-beda. Ketika makin banyak negara yang mengadaptasi sistem pembayaran pos ini, lahir kegiatan koleksi dan komunitas yang mengumpulkan prangko dan kemudian kartu pos karena desain gambar yang mereka sukai.
Kata philately dalam bahasa Inggris diambil dari bahasa Prancis philatelie yang diciptakan George Herpin tahun 1864. Dia menggabungkan dua kata bahasa Yunani yaitu philo (cinta/suka) dan ateleia (tidak membayar pajak atau kewajiban). Karena ongkos kirim telah dibayar oleh pengirim dalam bentuk prangko sehingga penerima tidak perlu lagi membayar ongkos seperti sebelum masa adanya prangko.
Seperti pada Numismatik, Filateli berkembang bukan hanya menjadi hobi mengoleksi prangko dan kartu pos tapi mempelajari sejarah, asal usul, bahan kertas, desain, bahan warna dan negara yang membuat prangko tersebut.
Prangko
Sebelum adanya prangko, sistem pengiriman pos di Inggris rumit dan kacau dengan harga ongkos kirim yang tidak memiliki standar. Di tahun 1837 Sir Rowland Hill mengajukan usul untuk membuat stempel berperekat dengan nilai tetap di atasnya tanpa menghitung jarak tempuh alamat yang harus dikirim. Sebelum ada prangko, penerimalah yang harus membayar ongkos kirim dan makin jauh jaraknya, makin besar biaya yang harus dibayar si penerima. Setelah adanya prangko, pengirimlah yang membayar dan penerima tidak lagi harus membayar.
Hill diberi kontrak untuk menjalankan sistem ini dan menyeleksi ribuan desain prangko. Dua tahun kemudian Hill memilih desain bergambar wajah Ratu Victoria dengan latar hitam yang menjadi prangko pertama di dunia. Prangko ini dinamai Penny Black karena bernilai satu penny dan berwarna hitam. Hill membuat standar ukuran dan detail lain pada desain prangko tersebut. Pada tanggal 6 Mei 1840 prangko pertama resmi dijual di kantor pos London tapi belum diikuti secara serempak di kantor pos lain yang masih memakai sistem lama.
Penny Black diedarkan kurang dari setahun dan diganti dengan Penny Red karena prangko tersebut masih bisa dipalsukan atau dipakai ulang. Sistem pengiriman dengan prangko ini kemudian diterima di seluruh Britania Raya dan disusul negara-negara lain. Prangko akhirnya menjadi standar biaya pengiriman yang umum selama abad ke-20 hingga lahir teknologi internet, ponsel pengirim sms dan ponsel pintar dengan aplikasi chat dan video.
Prangko menjadi masa lalu dan hanya menjadi barang koleksi untuk penggemar filateli. Meski kantor pos masih tetap ada, layanan yang diberikan adalah untuk mengirim dan menerima barang atau menyewa kotak pos. Di Indonesia kantor pos sudah tidak lagi menjual prangko tapi masih menjual meterai yang biasanya dipakai untuk mengesahkan surat perjanjian dan kontrak dan pelayanan lainnya.
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Penny_Black, https://id.wikipedia.org/wiki/Filateli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H