Mohon tunggu...
Vetiana Halim
Vetiana Halim Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dengan 4 anak

Ibu Rumah Tangga yang berharap komdisi negeri ini menjadi Berkah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggapai Cita-Cita dengan Islam Kaffah Sistem

15 Juli 2023   08:51 Diperbarui: 15 Juli 2023   08:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Menggapai Cita-Cita Dengan Sistem Islam Secara Kaffah
Oleh Vetiana Halim

Kekerasan fisik dan psikis terhadap perempuan selalu terjadi hingga saat ini. Bahkan kasusnya semakin bertambah. Padahal berbagai upaya dilakukannuntuk meminimalisir. Termasuk program Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita) yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pasca Ridwan Kamil terpilih.

Sekoper Cinta memberikan pelatihan memasak dan keterampilan lainya agar perempuan mampu mandiri menghasilkan keuangan sendiri. Bahkan Sri Rahayu, anggota komisi V DPRD Jawa Barat, optimis program ini akan menjadikan perempuan sejahtera karena berdaya. Namun disaat yang sama Sri juga menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan tetap terjadi, sekalipun perempuan berdaya. Sekoper cinta diharapkan mampu menanggulangi kekerasan psikis perempuan.

Jika dianalisa secara mendalam, kekerasan terhadap perempuan, bukanlah karena perempuan tidak menghasilkan uang atau tidak berdaya. Tapi karena kondisi perekonomian dan kondisi keberagamaan yang tidak beres. Masyarakat dibangun dengan menjauhkan agama dari kehidupannya. Agama hanya dinilai secara ritual saja dan itu diserahkan kepada masing-masing individu. Tidak dinilai sebagai solusi untuk berbagai masalah dan tidak dipahami bahwa Allah akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang manusia lakukan di dunia. Sehingga manusia membuat aturan sesuai dengan keiginannya alih-alih menerapkan aturan Allah. Sekulerisme menjadi dasar dibangunnya masyarakat di negeri ini. Menafikan peran Allah sebagai Al Khaliq dan Al Mudhabir (yang menurunkan aturan di bumi ini)

Kemudian sekulerisme mengadopsi demokrasi dalam membuat aturan. Mengumpulkan wakil rakyat dan mengeluarkan Undang-undang, termasuk masalah ekonomi. Yang kemudian diadopsi adalah kapitalisme.

Kapitalisme membawa kehancuran dimanapun diterapkan. Menimbulkan kesenjangan sosial yang tinggi, tingkat pengangguran juga. Belum lagi masalah inflasi yang menjadi keharusan jika ingin pertumbuhan ekonomi.

Tentu hal ini membawa dampak sosial. Kesulitan ekonomi mendorong untuk berbuat kejahatan. Apalagi kehidupan keberagamaan yang tidak terjaga. Emosi mudah tersulut dan butuh pelampiasan. Kerapkali yang dipandang lemah akan selalu menerima dampaknya, yaitu perempuan dan anak-anak.

Maka, membuat perempuan berdaya secara materi adalah solusi pragmatis yang tidak membawa solusi yang langgeng dan menyelesaikan masalah. Perempuan dan anak kerap kali menjadi korban kekerasan baik secara fisik dan psikis. Tak heran kasus kekerasan terhadap perempuan terus berlangsung, sekalipun perempuan sudah berdaya secara kekuangan.

Seharusnya untuk menyelesaikannya kita harus mengubah sistem yang dibangun dengan cara membangun masyarakat yang sadar hubungannya dengan sang pencipta. Sadar bahwa kehidupan ini akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Sehingga membangun masyarakat hanya dengan ketaatan lepada Allah, sang Maha pencipta yang telah menurunkan aturan untuk dijalankan.

Islam adalah aturan yang paripurna, dari tentang ibadah hingga mengatur masyarakat. Penerapan sistem ekonomi Islam sudah terbukti mensejahterakan manusia selama  hampi14 abad. Pembagian peran antara laki-laki dan perempuan, menciptakan peradaban yang gilang selama berabad-abad. Tidak ada yang menandingi hingga kini

Penerapan sistem ekonominya yang hanya bertumpu pada sektor riil, menjadikan perekonomian yang dinamis ditangah masyarakat. Menjamin para kepala kekuarga mendapatkan penghidupan yang layak, selain negara menjamin pula layanan pendidikan dan kesehatan yang gratis namun bermutu tinggi. (Yang tidak diperoleh dalam sistem mana pun).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun