Menariknya, Idulfitri versi Al-Quran dengan Zakat fithrahnya bukanlah sebatas mendermakan tiga liter beras atau 2,5 kg sekali setahun, melainkan untuk mengawali bentuk kepedulian terhadap sesama yang berkesinambungan dan tersistem.
Kesan menarik lainnya, menurut kamus, kata "Zakat" dengan segala variasi bentuk katanya, mempunyai beberapa pengertian
Bila dikaitkan dengan bumi, maka zakat berarti "subur", Bila terkait tanaman, maka zakat berarti "tumbuh" dan berkembang. Bila dihubungkan dengan manusia, maka zakat berarti shalih, baik, pantas, dan layak. Juga berarti bersih, suci; murni dan benar.
Bila dikaitkan dengan ekonomi menjadi membangun sistem Ekonomi subur (makmur). Ekonomi tumbuh dan berkembang. Ekonomi shalih/baik/pantas/layak.
Tujuannya membentuk ekonom-ekonom yang shalih, yang mampu membangun kehidupan yang baik, pantas, dan layak bagi masyarakat.
Dengan  tujuan membangun kehidupan ekonomi yang bersih dari segala motivasi buruk, berharap murni menjalankan sistem yang benar sesuai ajaran Allah saja."
Sistem Ekonomi Zakat, kebalikan dari Sistem Ekonomi Riba.
Sistem ekonomi "Riba" adalah melipatgandakan uang demi kepentingan pemilik uang (modal) itu sendiri (kapitalisme). Sedangkan sistem ekonomi Zakat, pemilik uang (modal) malah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian masyarakat, supaya kekayaan yang  kita miliki bisa mengalirkan manfaat demi pertumbuhan dan perkembangan bersama yang Allah Ridai.
Allah  telah mengingatkan bahwa  semesta jagad raya ini terwujud sebagai hasil desain dari Allah, dan manusia diciptakan sebagai makhluk budaya, teristimewa untuk menggelar  konsep-Nya.
Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran antara lain Surat Al-Qamar ayat 49 dan Surat Al-Anbiya ayat 104."
Jadi dibalik  makna 'pesta' nya, Idulfitri sebenarnya mengandung nilai ajaran (filosofi) mendalam bagi manusia agar manusia menyadari terhadap nilai-nilai Qurani untuk kesejahteraan umat sesuai Islam.