film. Gimana nggak? Beragam jenis film yang disuguhkan oleh perusahaan film memiliki nilai tawar dan keunikannya masing masing. Paling tidak dengan menonton film kita bisa melupakan sejenak rutinitas ataupun masalah. Tersebab kita terbawa dalam dunia baru. Belum lagi jika disuguhkan dengan aktor atau aktris favorit kita. Beuuh, abang baso dan somai yang lewat depan rumah pun dicuekin.
Hampir semua orang gemar menontonDan aku termasuk penikmat film bergenre action, fiksi ilmiah, sejarah  dan dokumenter, juga adventure. Untuk drama mungkin sedikit selektif, karena kalau tak seru, semacam membuang- buang waktu saja. Bagiku "Time is produktif". Eaaaa..
event Samber 2020 hari 13. Tema film tentang solidaritas ini sangat layak diangkat. Selain memberi spirit baru ditengah wabah pandemi. Bisa menuliskan sesuatu yang paling berkesan bagi diri kita pribadi, insyaallah menjadi  kepuasan dan kenikmatan tersendiri. Apalagi bisa nongkrong jadi artikel utama. Menghayal sedikit boleh yah? Hehe..
Nah, aku cukup excited ketika melihat tantangan kompasiana dalamBicara soal film solidaritas yang paling berkesan, masing masing kita tentu punya sudut pandang yang berbeda. Di Indonesia ada Film Laskar Pelangi, ada film Hayya. Bahkan Film Holywood, Bolywood, dan film asing lainnya juga banyak menghadirkan film tentang  solidaritas.
Kali ini aku tertarik mengupas film sejarah bertema action kolaborasi drama percintaan yang diperankan oleh aktor kawakan hollywood Cristhian Bale daaam film The Flowers Of War.
Menurutku film ini sangat unik dengan alur cerita yang tidak mudah ditebak. Ketika film bertema perang umumnya menawarkan drama di antara para prajurit dengan beragam rasa takut, bimbang, kerinduan kepada keluarga, dan solidaritas.
The Flowers of War justru menonjolkan sisi yang tak biasa dieksplorasi di layar lebar. Ada banyak sisi yang tergambar di sepanjang alur cerita. Ada sisi ketakutan yang dihadapi oleh warga sipil, khususnya kaum hawa. Mereka dipaksa berani menghadapi intimidasi dari para prajurit yang tidak hanya menjajah negaranya, tetapi haus untuk menzalimi sekaligus memperkosa mereka.
Ada rasa geram. Ada tegang. Ada rasa pilu yang tak bisa diungkai dengan kata-kata. Yah, dalam sejarah film tentang perang dan solidaritas  yang pernah kutonton selama ini. Film ini kategori film cerdas diwarnai drama-sejarah yang penuh dengan adegan yang sulit dicerna.
Ettapi, bukan berarti film ini sukar dipahami dan dimengerti. Melainkan setiap adegan yang disuguhkan penuh teka teki dan rasa penasaran tingkat tinggi. Ketika aku menclba menebak A. Yang terjadi justru B.
Suguhan adegan yang terkesan horror dan kejam harus dihadapi para wanita Nanjing semasa pendudukan Jepang.
Para wanita itu sama sekali tidak boleh terlihat jika tidak ingin dikejar dan diperkosa secara bergilir oleh tentara Jepang. Pada sesi ini, jujur saja emosiku sebagai perempuan muslimah seolah diaduk-aduk.