Sontak, aku terbayang  masa- masa berada di Masjidil Haram. Momen imam menangis saat melafazkan ayat-ayat Allah bukanlah hal asing lagi ditelinga. Lebih kurang 13 hari ku menikmati indahnya suasana ibadah ditanah suci kala itu.
Yang tak kalah salut adalah berbagai aktifitas keagamaan di masjid sunnah itu begitu hidup. Seperti tahfidz, takhassus, ittikaf dan sahur bersama sudah menjadi kegiatan unggulan di bulan Ramadan. Harapan itu pupus dan aku kecewa yang mendalam akan hal ini. Sebab saat ini masjid harus ditutup akibat PSBB masa pandemi.
Belum lagi tradisi buka puasa bersama gratis seperti yang persis sama diterapkan oleh masjid RJ, untuk semua jemaah yang hadir. Alhamdulillah setiap tahun, sejak masjid ini berdiri pada 3 Juni tahun 2016, aku rutin tiap tahun mengikuti Tarawih jemaah dan iktikaf disini.Â
Ya, amat terasa salah satu praktek ibadah yang terkena imbas di tengah merebaknya wabah Covid-19 ini adalah iktikaf. Padahal dalam situasi Ramadhan ini, ibadah iktikaf merupakan salah satu rangkaian yang kerap dilakukan oleh kaum muslimin, khususnya di 10 akhir bulan Ramadhan.
Ibnu Qudamah (Hanabilah) di dalam kitabnya Al-Mughny, menjelaskan lebih lanjut mengenai i'tikaf sebagai:
"Tinggal diam di masjid menurut tata cara tertentu karena niat melakukan pendekatan atau ketaatan  kepada Allah SWT." (Al-Mughny, Juz 3, halaman 186).
Meski bukan tiap hari, mengingat jarak yang sangat jauh dari rumahku. Maka tak jarang aku selang-seling juga berkunjung ke masjid Raudhatul Jannah, di awal- awal Ramadan.
Setiap hari saat berbuka puasa, masjid ini menyediakan lebih dari 2 ribu potong ayam secara gratis. Dilengkapi dengan menu takjil buka puasa buah dan kurma. Daya tampung jemaahnya lebih dari 3500 orang.
Masjid tersebut berlokasi di Jalan Merak Sakti Panam, Pekanbaru. Dari pusat kota Pekanbaru sekitar 30-40 Â menit dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Tidak hanya bangunan masjid yang besar dengan ukuran 5050 meter persegi, di lahan tersebut juga dibangun Pusat kajian Alquran dan Sunnah.
Pada bulan puasa, jamaah yang datang bisa mencapai 1000-3000 orang.
Yang membuat rindu salat tarawih di masjid ini adalah momen iktikaf yang penuh ketenangan di 10 hari penghujung Ramadan. Meski sesungguhnya ditemukan dengan hal-hal absurd yang menggelikan.