Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Antara Etika Sibernetika dan Silaturahmi Kolega WFH

1 Mei 2020   23:59 Diperbarui: 2 Mei 2020   01:03 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etika Sibernetika dan Silaturahmi Kolega WFH|Dokumentasi pribadi

Dalam era conected world (dunia yang terhubung) atau the age of networking, keterbatasan ruang dan waktu tidak lagi jadi masalah. Sekalipun ada pandemi Corona dan WFH seperti saat ini.


Masalahnya, jika cyber space dengan cybernetics disalahgunakan menjadi melampaui batas. Seperti yang dikatakan paracelsus, bahwa segala sesuatu adalah racun, hanya dosis yang membuat segala sesuatu menjadi bukan racun. Begitu juga silaturahmi pun ada dosisnya. Ada ketentuannya.


Silaturahmi siber|Dokumentasi pribadi
Silaturahmi siber|Dokumentasi pribadi
Bukankah menjalin silaturahmi dengan rekan kerja melalui media sosial rentan kesalahpahaman?. Apalagi jika dalam penulisan chatting kita mengabaikan tanda baca dan ejaan yang benar. Belum lagi soal kata-kata yang bersifat ambigu yang kerap  disalahtafsirkan. Bisa juga typo atau saltik atau kesalahan tipografi. Jadi pada dasarnya soal komunikasi virtual ini sangat kompleks. Tentu saja komunikasi verbal tidak dapat tergantikan kesempurnaannya. Karena intonasi dan eksoresi body language juga menentukan makna.Jangan sampai gara-gara setitik nila dalam berkomunikasi menjadi rusak susu sebelanga. maka dalam komunikasi virtual butuh kalimat sempurna tapi tidak bertele-tele. Tetap menggunakan kalimat efektif. Jangan lupa menggunakan kalimat pembuka sebelum mengutarakan pesan atau maksud. Kemudian diakhiri dengan kalimat penutup dan salam.

Dalam Islam apapun aktifitas harus merasa selalu diawasi Allah. Begitu juga dalam komunikasi silaturahmi. Tujuannya apa?. Agar kita tidak sekehendak hati dalam berpikir, berkata dan bertindak.


Di zaman digital ini,  komunikasi antar lawan jenis berpotensi semakin liar. Padahal adab berinteraksi pada yang bukan muhrim harus dijaga. Jangan sampai setan terlibat sebagai pihak ketiga yang menjerat kita menuju pendekatan zina. Tidak sedikit modus silaturahmi berujung selingkuh pada rekan kerja. Maka yang dilarang itu pendekatan ke arah zina. Bukankah tidak ada zina tanpa pendekatan?.


Tidak itu saja, Jangan sampai dalam komunikasi silaturahmi menjadi lalai dan lupa waktu, sehingga membuang-buang waktu percuma. Seperti berghibah dan memfitnah.
Jadi, bagiku bersilaturahmi pada kolega pun harus berorientasi pada ikatan kerjasama, koordinasi dan hal-hal bermanfaat terkait profesionalitas dan produktifitas kerja.


Fenomena bermedsos ria saat ini yang hanya sibuk bisnis online, menyebar hoax, dan banjirnya tulisan, sebenarnya sudah diberitakan oleh nabi 14 abad yang lalu
"Sesungguhnya menjelang kiamah (tegaknya Islam sebagai Aturan), akan terjadi pengkhususan salam hanya untuk orang tertentu, maraknya perdagangan hingga seorang istri membantu suaminya berdagang, terputusnya silaturahim, kesaksian palsu, menyembunyikan kesaksian yang benar, dan bermunculannya pena." (HR. Ahmad).
Buktinya sampai ada di Indonesia membuat komunitas yang bernama  comunity pena terbang (kompeter), komunitas penulis antologi menjamut dalam bidang digital preneur. 


Oleh karena itu etika Komunikasi virtual perlu dijaga.   Harkat dan mattabat manusia harus dijunjung tinggi. Etika harus  bersifat imperatif dalam berrelasi di ruang siber. Dalam konteks itu dalil-dalil Al-Quran ataupun Al-hadits adalah sumber etika tertinggi bagi Muslim dalam bersilaturahmi, termasuk kepada rekan kerja selama diberlakukannya WFH.

4 bulan sudah pandemi ini mengungkung negeri. Aku, masih disini. Dengan semangat yang sama, tekad yang sama, tujuan yang sama. Meski hingga hari ini masih banyak kejadian memilukan, yang terdengar dari surat kabar ataupun berita ditivi tivi. 

Apalagi Pandemi di negeri Lancang Kuning, tempatku bernaung, sudah berada pada zona merah..


Sebagai perantau di kota ini. Agaknya tidak berlebihan bila aku berkeinginan punya banyak teman. Syukur- syukur bisa dijadiin saudara. Minimal saudara seiman selain teman kolega.
Jadi di tengah wabah mengerikan ini kudu mempetahankan etika sibernetika, untuk menjaga silaturrahmi tidak sebatas pada kolega sesama WFH yang sudah terbangun.


Aku tak mau berlarut menjadi asosial dengan kondisi sekarang. Terlebih tugasku sebagai Pranata Humas di Kanwil Kemenag Riau, cukup sibuk. Maka wajib punya stock kuota di ponsel. Paling tidak 20 giga dalam satu bulan.


Nyesek?, Alhamdulillah aku jalani dan bersyukur saja. Yang penting pekerjaanku tuntas, dan silaturrahmi pun lancar.


Kebetulan aku punya grup kantor yang tak sedikit di akun WhatsApp. Sebelum WFH sedikitnya ada 18 grup kerja yang aktif kuikuti. Masa covid-19 ini bertambah lagi jumlah grup khusus WFH.


Nah, khusus grup WFH inilah kami setiap hari pada jam kerja,  Senin hingga Jumat. Memang sudah diwajibkan koordinasi dan harus share location dimana berada sesuai intruksi atasan. Intensitas komunikasi masa pandemi Corona justru jauh lebih meningkat dibanding sebelumnya.


Kadang aku ikut mengirim tausiyah online, berbagi video kocak namun aspiratif, mengirimkan meme lucu namun tetap beradab. Kadang sekedar mengaminkan dengan icon -icon setuju pada tulisan bermutu.


Hampir setiap hari, aku konsisten berbagi berita informatif.  Kemudian aku share juga ke grup tetangga, jika sudah dipastikan itu bukan berita hoax.


Ya, seolah terselip kerinduan yang tak bisa diungkap dengan kata kata  setiap interaksi. Ini bisa jadi pengobat rindu kali yah?.


Terkadang, ada pula yang sengaja bertanya kabar langsung via video call messenger atau WhatsApp. Sesekali aku yang memulai bergantian. Maka momen beginilah menjadi hal indah dalam saling menjaga silaturrahmi.


Atau bahkan kalau jaringan internet sangat mendukung, aku akan beralih memanfaatkan teknologi lainnya seperti aplikasi zoom meetings ataupun hang out. Setidaknya, satu kali dalam seminggu.  


Mari kita simak, silaturrahmi menurut Alquran.
 "Walladziina yashiluuna maa amarallahu bihi ayyushola" (dan orang orang yang menyambungkan apa apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan)--QS Ar Ra'du 21.


Membangun hubungan kasih sayang, persaudaraan, persahabatan sekaligus menjaga silaturahmi mulai dari keluarga terdekat, kerabat, tetangga hingga lingkungan kerja istimewanya lagi pada bulan Ramadhan ini.


Silaturahmi dengan media siber tentu saja mendukung imbauan pemerintah perihal larangan berkerumun untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.


Jika ditanya hati kecil,  rasa jenuh itu kerap menghampiri. Terlebih lagi saat ini masjid ditutup, sekolah, madrasah, pondok pesantren dan kantor kantor dirumahkan. Mirisnya lagi mudik pun dilarang.


Tapi kita harus bersabar dan bersyukur. Masih banyak yang nelangsa. Mereka untuk makan saja kesulitan. Bayangkan kalau tidak ada media daring!. Tulisan ini pun tidak akan terbit jadi peluruh jenuh. Silaturahmi pun jadi terbatas jumpa saja.


Bagiku, makna silaturrahmi bukan hanya berkumpul atau bertemu face to face. Akan tetapi berlomba untuk memberi manfaat dan kebaikan pada sesama walau tak berjumpa fisiknya. Jauh di mata dekat di android. He he. Bukan hanya sekadar berkumpul, membuat kelompok dan komunitas tertentu atau gank bahasa gaulnya. Namun siap memberi dan menerima siapapun yang ingin  membuat jejak jejak kebaikan.


Sahabat itu bukan dilihat dari asalnya yang hanya sekampung, sesuku, atau sekantor dengan kita. Namun teman itu yang satu pemahaman dan keyakinan  satu nasib, satu perjuangan yang dicintai Allah dan rasulNya.


Bagaimanapun teman kerja seimanlah yang selalu siap menjadi mitra kerjasama, bahu membahu menuju JannahNya. Ya, bukan teman yang sekadar untuk ketawa dan hura hura mengisi "waste time", tapi tanpa disadari ternyata dibenci Allah dan RasulNya. 

Demikianlah tulisan Samber THR  kugoreskan. Semoga Samber 2020 hari 5 menjadi lebih baik buat semua.
 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun