Mohon tunggu...
Vester Cobain
Vester Cobain Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang dengan bising inspirasi isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angin, Gadis Kecil dan Nelayan

21 Juni 2010   03:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kenyataan ini membawa angin mengasingkan diri ke tepi pantai.

Seandainya dia ingin, tentu dapat dia lakukan
walau tidak dia lakukan, ternyata dialah yang diharapkan

Nelayan begitu bergembira. Angin malam yang datang ke tepi pantai memuluskan rencana keberangkatannya melaut di malam ini. "Akhirnya angin datang juga" gumam nelayan pelan.

Angin tak mendengar gumam nelayan. Bayangan akan penolakan dari gadis kecil, membuatnya takut untuk menyapa nelayan. Tanpa berpikir panjang angin lanjut bertiup menuju laut lepas.

Keberangkatan yang sangat mulus. Layar terkembang, angin bertiup, melajulah perahu nelayan menuju laut lepas. Ikan ada di sana, bersama angin yang membawa derap langkah dinding perahu nelayan semakin mendekati sisi tengah laut yang telah nelayan rencanakan. Sepanjang malam menjemput mentari terbit, nelayan sibuk tebar jala-angkat jala dan ikan tertangkap. Selanjutnya, seperti yang sudah diimpi-impikan nelayan, ikan tak henti-henti mencoba memenuhi perahu.

Angin terasa bosan di laut lepas, bertiup dengan segera menuju daratan.

Letih sangat karena menghimpun hasil tangkapan, dorongan angin membawa perahu nelayan kembali ke tepi pantai. Malam yang sempurna bagi nelayan, menutup hari di pagi hari saat perahunya mulai merapat di pantai. Segera angkat hasil melaut, menuju rumah dekat pantai, bersiap tidur bayar kelelahan waktu malam tadi.

Angin mencoba melihat keberadaan gadis kecil, angin bertiup menjauhi pantai. Tak seperti tadi malam, di hutan ini tiada lagi gadis kecil. Kecerahan pagi ini, bukan jaminan bagi kecerahan dari kesepian yang dirasakan angin.

Ingin berjumpa, tapi tiada jumpa
seandainya jumpa, apa mungkin dia menyapa?

Angin meliuk-liuk ke atas.... semakin lama dia berdansa sendiri membumbung ke atas langit.... terus saja melayang.

Juga demikian, angin bertiup ke mana dia mau. Dari kejauhan dia melihat matahari bersinar tepat di atas sebuah rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun