Mohon tunggu...
Vester Cobain
Vester Cobain Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang dengan bising inspirasi isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Candu Itu Bernama "Terima Kasih"

18 Mei 2010   13:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuperhatikan, dia begitu asiknya mencari sampah-sampah yang dapat dilihat oleh kedua mata kecilnya itu. Pandanganku begitu cekatannya mendapati bahwa para orangtua, yang sedari tadi hanya duduk manis ditempatnya masing-masing, tergerak membantu si anak tersebut mengambil sampah. Sampah yang telah dipungut para orangtua diserahkan kepada si anak kecil ini, dan si anak kecil ini melanjutkan dengan memberikan sampah kepada trash bag yang kupegang. Dan saat kuucapkan kata terimakasih padanya, kuperhatikan timbul senyum kebahagiaan di raut wajah anak kecil ini.

Anak kecil seperti tidak mengenal lelah dalam beroperasi semut. Demi menghargai tindakan mulianya, aku mengikuti si anak ini kemanapun kakinya melangkah. Dengan mudah dia dapat memasukkan sampah kedalam trash bag berjalan yang mengikuti dia dari belakang. Setiap sampah yang masuk selalu teriring ucapan terimakasih dariku. Anak kecil ini menunjukkan rupa kebanggaan dalam dirinya. Para orangtua ,yang juga ikut memperhatikan tingkah si anak ini, semakin gencar memberikan bantuan dalam memungut sampah.

Sesungguhnya aku tak tahu, apakah ini karena tampangku yang memang begitu gantengnya saat memegang trash bag --mungkin perlu kupertimbangkan diriku menjadi seorang pemulung kelak--, atau tingkah anak ini didorong rasa kebanggaan karena merasa dihargai lantaran ucapan terima kasih yang ku ucapkan padanya, atau tingkah anak ini cuma karena si anak bosan hanya melihat tanpa ikut mengambil tindakan bersama anak-anak yang lebih berumur dari padanya, atau anak ini memang begitu peduli lingkungan dan mengerti ancaman dari global warming, atau anak ini merasa bersalah karena dirinyalah yang paling banyak membuang sampah sembarangan sebelumnya?

Sungguh aku tidak tahu, dan tidak mengerti. Aku hanya mengikuti langkah anak kecil ini dari belakang dan terus saja tanpa jemu mengucapkan terima kasih padanya setiap kali dia memasukkan sampah ke dalam trash bag. Dari belakang, kumelihat nampaknya anak kecil ini seperti sedang kecanduan akan kata "terima kasih" yang kuucapkan padanya.

Sekali lagi anak kecil mengajariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun