Lalu yang ketiga, Harus ada keinginan untuk mengurangi merokok, kalau bisa berhenti merokok.
Mengapa demikian, untuk me-manage kebiasaan merokok se-sistematis apapun itu tidak bisa dipungkiri bahwasanya mbleset (kegagalan) itu pasti ada. Mungkin dari perencanaan awal me-manage rokok dengan mengambil  15% dari penghasilan selama satu bulan dan dengan membatasi berapa kali jatah ngopi dalam satu minggu serta mempertimbangkan tingkat ketahanan emosional kita tidak dapat dipungkiri kenyataan yang terjadi malah sebaliknya, bisa jadi jatah rokok yang kita rencanakan awal 15% mendadak meningkat jadi 40 %, begitu pula kedua aspek yang lain itu. Maka dari itu, harus ada dorongan dari pribadi masing-masing perokok untuk mengurangi rokok secara berkala lebih-lebih berhenti merokok agar meskipun kegagalan manajemen itu terjadi kita dapat mengimbangi-nya dengan yang sedemikian itu. Toh, demi kesehatan kita ke depannya juga.Â
Sekian dari saya. Semoga ada guna dan manfaatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H