Tujuan dari ISO 27001 tiada lain adalah memproteksi informasi. Mengapa informasi menjadi sedemikian penting untuk dilindungi? Hal ini karena saat ini adalah abad informasi, di mana hampir semua kegiatan yang ada di dunia dikendalikan melalui pemrosesan dan pertukaran informasi. Hampir 99,9% pembayaran transaksi besar dilakukan melalui pemrosesan informasi.
Perencanaan produksi suatu pabrik besar pada hakekatnya adalah pemrosesan informasi dari data-data kapasitas mesin, stok material dan order pelanggan, dan lain-lain. Jadi dapat digambarkan pada tahun 1900-an awal, sebagian besar orang Indonesia masih bekerja menggunakan otot (membajak sawah, menanam padi), saat ini sebagian besar orang Indonesia yang bekerja pada sektor formil tidak ada yang tidak menggunakan komputer yang terhubung ke dalam suatu jaringan komputer. Dengan kata lain, saat ini “informasi adalah merupakan aset suatu organisasi."
Akibat semakin terhubungnya antara manusia yang satu dengan manusia yang lain melalui berbagai macam perangkat, maka ancaman terhadap informasi yang menjadi aset tersebut.
Ancaman dapat datang dari ketidaksengajaan (salah kirim e-mail, tertinggalnya cetakan yang berisi informasi rahasia pada printer yang digunakan secara bersama, dsb.) atau kesengajaan (pihak yang memang berniat mencuri informasi). Masalahnya, ketika kita semakin terhubung satu sama lain, kebocoran informasi di suatu tempat dapat langsung tersebar luas ke seluruh antero dunia. Jadi risiko terhadap informasi saat ini menjadi sedemikian tinggi. Sementara itu, ada berapa banyak informasi yang kita olah dan kita simpan sampai saat ini.
Mungkin lebih dari satu milyar kata untuk orang yang bekerja selama 3 tahun, dan terus bertambah. Bagaimanakah caranya kita memproteksi sedemikian banyaknya informasi yang kita kelola? Jawaban yang paling tepat adalah menggunakan “pendekatan manajemen”.
Seperti kita ketahui “pendekatan manajemen” sudah mejadi “jurus ampuh” dalam mengelola berbagai aspek dari mulai jaman revolusi industri hingga sekarang. Sejak dari ratusan tahun lalu, dengan teknologi seadanya “pendekatan manajemen” dapat mengelola ratusan ribu pekerja pada suatu pabrik sehingga dihasilkan produk yang berkualitas. Pendekatan inilah yang menjadi dasar dari Sistem Manajemen Keamanan Informasi ISO 27001.
Tahapan-tahapan untuk sertifikasi ISO 27001
A. Gap Analysis.
Tujuan dari kegiatan ini adalah kita ingin mengetahui sudah sejauh mana perusahaan tersebut menerapkan apa yang sudah apa yang belum, nah dari itu kita dpat mengetahui gapnya apa dan dimana, sehingga strategi perbaikan dapat dilakukan dengan tepat
B. Kajian Risiko.
Tujuan dari kegiatan ini adalah kita ingin mengetahui risiko-risiko apa saja yang dapat mengancam aset-aset yang terkait dengan pemrosesan informasi serta menentukan bagaimana mitigasi yang paling efektif yang dapat dilakukan guna melindungi aset-aset tersebut.
C. Penyusunan Dokumen.
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar mitigasi risiko sebagai hasil dari kegiatan Kajian Risiko yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya dapat terdokumentasi sehingga dapat diimplementasikan secara konsisten.
D. Implementasi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengimplementasikan dokumen-dokumen yang telah disusun sebelumnya, sehingga seluruh gap yang telah teridentifikasi pada tahap awal dapat tertangani.
E. Internal Audit.
Tujuan dari tahapan ini adalah melakukan internal assessment sehingga dapat diketahui progres implementasi yang sudah dilakukan serta menentukan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan.
F. Persiapan Audit Sertifikasi.
Tujuan dari tahapan ini adalah melakukan persiapan secara mental dan teknis untuk menghadapi audit sertifikasi.
G. Audit Sertifikasi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah terujinya implementasi sistem manajemen keamanan informasi, baik efektifitasnya maupun kesesuaiannya terhadap persyaratan ISO 27001.
Total waktu secara keseluruhan sampai siap diaudit adalah 5 sampai 7 bulan.
Kendala apa saja yang biasa dihadapi oleh perusahaan dalam mendapatkan sertifikasi ISO 27001?
a. ISO 27001 merupakan salah satu sistem manajemen yang agak sulit untuk diimplementasikan, dimana secara struktur ada ratusan kontrol yang harus diadopsi dan harus diimplementasikan.
b. Kita harus melakukan risk assessment, namun risk assessment ini berdasarkan aset dan bukan berdasarkan proses bisnis.
Misalnya didalam perusahaan asetnya ada ratusan ribu aset maka bisa dibayangkan berapa banyak daftar risiko yang harus dibuat serta berapa banyak mitigasi yang harus dilakukan. Rata-rata awareness dari sistem manajemen keamanan informasi ini yang masih relatif kurang. Tingkat pengetahuan dari staf-staf IT yang ada terkait dengan pengelolaan keamanan untuk perangkat IT dari mulai server, perangkat network, sistem basis data, dan aplikasi. Sehingga ada tiga hal tadi yaitu : Banyaknya control, Risiko berbasis asset, Awareness dan kompetensi yang dikombinasikan menjadi keunikan tersendiri yang mana kerumitannya diatas sistem manajemen lainnya.
Apa saja tips bagi perusahaan yang saat ini ingin mendapatkan sertifikasi ISO 27001?
Tentunya harus ada komitmen bersama dari manajemen sampai staf yang mana keamanan informasi ini menjadi visi manajemen atas sampai yang rendah, dan itu harus memiliki kesadaran itu terlebih dahulu. Dimana itu bisa dikatakan sebagai modal dasar dimana tanpa itu akan menjadi beban. Contohnya, sebelumnya kita sangat bebas men-share informasi dengan flashdisk dan pada saat implementasi ISO 27001 ini penggunaaan flashdisk dikendalikan, misalnya hanya melalui komputer-komputer tertentu saja.
Untuk pengiriman file-file rahasia via e-mail harus menggunakan password di mana password-nya diberikan melalui media lain, dan masih banyak lagi aturan-aturan yang diberlakukan yang seolah-olah “membatasi” gerak kita. Bukan hanya untuk persiapan menuju sertifikasinya saja tetapi hal ini berlaku untuk diimplementasikan sesudah sertifikasi ini didapat.
Dengan kontrol ini sedikit banyak akan menyulitkan dan mengurangi fleksibilitas. Namun tanpa ada kesadaran untuk memproteksi informasi ini manfaatnya untuk kita semua. Hal ini bertujuan agar kita tidak ingin ada satu karyawan yang dituntut karena dia secara tidak sengaja membocorkan rahasia perusahaan tersebut. Begitu kesadaran itu sudah terasa menjadi kebutuhan maka akan kesananya sudah menjadi lancar. Kesadaran membawa semangat, semangat membawa komitmen. Jadi hal-hal yang bersifat teknis itu akan terasa mudah bila semua personil dari perusahaan tersebut sudah memiliki komitmen yang kuat.
Kalau ada perusahan yang hanya mengejar karena permintaan dari klien saja tanpa ada komitmen dari masing-masing personil. Itu akan sangat sangat terasa sulit. Mungkin sampai sertifikasi bisa, tetapi mempertahankan sertifikasi itu di tiap tahunnya akan terasa berat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H