Penyimpangan juga dapat diakibatkan dengan adanya nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang, seperti suatu norma kebudayaan khusus yang bertentangan dengan norma kebudayaan dominan. Misalnya perbedaan nilai-nilai yang diterapkan di pasar, daerah kumuh, atau lingkungan perjudian dengan nilai-nilai yang diterapkan di lingkungan masyarakat.
Hal tersebut terjadi ketika etika yang kurang diperhatikan karena masyarakat yang lebih mementingkan usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang berada disana, membuang sampah sembarangan dan berkata kasar merupakan suatu hal yang biasa terjadi. Â Namun sebaliknya masyarakat sekitar menganggap bahwa hal tersebut bukanlah suatu hal yang baik untuk dilakukan.
Manusia tidak akan luput dari namanya sosialisasi. Pasti dalam berinteraksi manusia akan melakukan sosialisasi. Sosialisasi sendiri berartikan sebuah proses penanaman kebiasaan atau nilai, norma, ataupun aturan dari satu generasi ke generasi lainnya. Seperti misalnya, ketika sebuah kelompok kecil tertentu yang menanamkan nilai kesopanan untuk mengucapkan permisi terlebih dahulu saat berada di sebuah tempat. Namun tidak semua akan melakukan hal tersebut.
Sosialisasi juga merupakan keputusan yang dipilih dan dianggap memiliki nilai baik yang akan dijadikan sebagai kebiasaan untuk dilakukan oleh individu. Sehingga sosialisasi pastinya akan sangat penting dan berguna untuk generasi-generasi selanjutnya. Sosialisasi akan sangat dibutuhkan untuk tiap individu dalam melakukan aktivitas, karena pasti kita akan selalu menemukan sebuah kebiasaan baru di lingkungan yang berbeda. Sehingga sosialisasi berguna untuk tiap individu membiasakan diri di lingkungannya yang baru.
Dalam bersosialisasi yang berperan dan melaksanakannya disebut agen. Agen sosialisasi ini terdiri dari keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media massa. Apa perbedaan dari setiap agen ya?
Mari kita telusuri lebih dalam dimulai dari agen keluarga. Agen keluarga merupakan peran yang sangat penting bagi individu. Dalam tahap ini keluarga yaitu orangtua, saudara, paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya sangat membantu dalam tahap bersosialisasi seorang anak. Peran keluarga merupakan tahap awal bagi seorang anak yang masih membutuhkan banyak bimbingan.
Seperti misalnya dalam belajar berkomunikasi, mendengar, berinteraksi, menerapkan didikan seperti sikap disiplin dan sebagainya yang membutuhkan dukungan serta bantuan dari keluarga. Tidak hanya agen keluarga, terdapat juga teman sebaya yang berperan dalam melakukan sosialisasi di kehidupan tiap individu.
Peran teman sebaya adalah membantu individu setelah tahap yang diajarkan oleh sang keluarga. Seperti seorang anak diajarkan untuk mengenali bagaimana cara bersikap adil, toleransi, solidaritas dan sebagainya pada lingkungan pertemanan.
Sekolah juga merupakan agen sosialisasi yang berperan untuk mengajarkan hal yang tidak diajarkan dalam keluarga. Sekolah mempersiapkan peran baru saat sang anak tidak bersama dengan keluarga, sehingga anak tersebut tidak bergantung kepada sang orang tua. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan baik teori ataupun keterampilan saja.
Namun juga mengajarkan sikap berani, tanggung jawab, kemandirian, disiplin dan lain-lain. Seperti misalnya seorang anak diajarkan mengenai tata tertib sekolah yang harus dipatuhi tanpa adanya bantuan dari keluarga.
Media massa menjadi peran paling akhir dalam bersosialisasi. Namun media massa merupakan peran yang sangat berpengaruh di era generasi seperti sekarang. Media massa digunakan sebagai media untuk mempelajari suatu hal yang baru. Pada era generasi sekarang, anak-anak lebih memilih mencari informasi melalui media massa seperti hp, tv, dan sebagainya.