Indonesia terus mengimpor buah anggur dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Angka impor ini bahkan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Data World Integrated Trade Solution menunjukkan hal yang mengejutkan. Pada tahun 2020, Indonesia mengimpor anggur segar (fresh grapes) senilai 273.268,45 USD atau sekitar Rp 4,22 triliun. Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2022 menjadi 330.407,07 USD atau sekitar Rp 15,75 triliun, dengan total anggur mencapai 101.898 ton.
Kenaikan ini membuktikan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada buah impor. Melihat kondisi ini, pemerintah perlu segera mengambil tindakan. Mereka harus membuat program yang bisa langsung meningkatkan produksi anggur dalam negeri.
Program Pengabdian Masyarakat yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dikti) dengan melibatkan kerja sama antara Kelompok Wanita Tani (KWT) Sidoluhur di Dusun Tiyasan, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta bertekad untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap anggur impor. Upaya bersama ini tidak hanya akan menekan angka impor, melainkan memberdayakan KWT dan menguatkan ekonomi daerah.
Program pengabdian masyarakat (ABDIMAS) melalui kegiatan ini menjadi penting karena memberikan kesempatan kepada akademisi untuk berbagi pengalaman dan ilmu secara langsung bersama dengan masyarakat. Program ini juga memberi kesempatan bagi akademisi untuk mengembangkan kemampuan penelitian dengan mengembangkan pemberdayaan perempuan dan memberikan ilmu yang lebih relevan kepada masyarakat bidang pertanian sebagai upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan.
Ketahanan pangan menjadi sebuah implikasi pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan datang (Irhamsyah, 2019). Untuk meningkatkan ketahanan pangan, KWT Sidoluhur sejak beberapa tahun terakhir telah memproduksi berbagai sayuran seperti bayam, jamur tiram, bawang merah, serai, kangkung, dan cabai. Selain itu KWT Sidoluhur juga telah berhasil dalam membudidayakan ikan lele. Kali ini, inisiasi budidaya anggur coba digalakkan. Upaya tersebut dilakukan oleh KWT untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan urban farming sebagai solusi cerdas untuk mengoptimalkan lahan terbatas/sempit di daerah perkotaan.
Urban farming anggur tidak hanya akan menghasilkan pangan segar, tetapi juga menciptakan suasana perkotaan yang menyejukkan. Urban farming secara langsung mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni pemberantasan kemiskinan, kehidupan sehat dan sejahtera, ketahanan pangan, dan kota yang berkelanjutan.
Dinamika Kelompok Wanita Tani yang melakukan inisiasi diversifikasi pertanian di lahan sempit di perkotaan sudah dilakukan di beberapa negara lain di dunia, dan menunjukkan perkembangan yang positif. Salah satunya adalah kesuksesan pertanian lahan sempit oleh kelompok tani wanita di Nairobi, Kenya, salah satu kota besar di Benua Afrika Selatan.
Di kota dengan kepadatan penduduk sebesar 4.509/km2 tersebut justru penggerak lahan sempit di perkotaan adalah kaum wanita (Foeken & Mwangi, 2000) yang justeru berada pada kelompok masyarakat ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Namun beberapa tahun kemudian urban farming ini seakan menjadi gaya hidup dan kebutuhan utama. Bahkan warga area Korogocho dan Pumwani, salah satu kota kecil di Kenya, menjadikan pertanian lahan sempit di perkotaan ini menjadi mata pencaharian penduduk. Banyak perempuan yang semula terjebak dalam kegiatan sektor informal, ilegal, bahkan kriminal, beralih menjadi petani urban farming sebagai mata pencaharian utama.
Cukup banyak komoditas yang cocok dibudidayakan dengan gaya pertanian urban farming. Selain sayur mayur, buah anggur menjadi komoditas yang saat ini dianggap sangat potensial dan cocok dengan iklim di Indonesia. Budidaya anggur memiliki banyak manfaat, baik dalam segi lingkungan maupun kesehatan. Dari segi lingkungan, tanaman anggur membantu menyerap karbondioksida, mengurangi polusi udara, dan mencegah erosi tanah.
Dari segi kesehatan, anggur memiliki manfaat yang baik bagi metabolisme tubuh dengan kandungan polifenol dan resveratrol. Menurut Pratiwi (2023), kandungan tersebut secara aktif mendukung metabolisme tubuh, seperti meningkatkan produksi energi dan mempercepat laju metabolisme serta melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif dengan sifat antioksidan mereka, serta mengurangi peradangan kronis yang dapat mengganggu metabolisme, sehingga menjaga fungsi metabolik tetap optimal.
Tidak hanya itu, buah anggur berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini dikarenakan, buah anggur mengandung senyawa kimia yaitu karotenoid dan likopen yang berperan untuk melindungi tubuh dari radikal bebas yang berpotensi sebagai penyebab berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, dan berbagai jenis penyakit penuaan lainnya (Saparinto dan Susiana, 2024).
Dengan demikian, produksi anggur lokal dapat menjamin kesegaran buah, karena hasil panen dapat didistribusikan secara langsung ke pasar tanpa melalui perjalanan yang jauh. Dukungan terhadap program pengabdian masyarakat dan KWT dalam budidaya anggur tidak hanya menjamin ketersediaan pangan lokal, tetapi mendukung peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan. Dengan berinvestasi dalam ketahanan pangan, maka kita turut mendukung fondasi yang kuat bagi kemandirian pangan pada tingkat lokal dan nasional.
Dengan demikian harapan ke depan ketergantungan Indonesia pada impor buah, khususnya buah anggur, berangsur-angsur bisa ditekan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, target produksi buah anggur Indonesia pada 2030 sebanyak 20% akan tercapai. Kenapa anggur? Anggur termasuk komoditas buah segar yang banyak diimpor Indonesia dari beberapa negara, yaitu Cina (12,2 ribu ton), Chili (8.896 ton), Amerika Serikat (10,1 ribu ton), Peru (6.795 ton), Australia (6.902 ton) dan Afrika Selatan (3.477 ton). Harapannya, ke depan Indonesia mampu memproduksi sendiri, dimulai dari gerakan gaya bertani urban farming oleh kelompok ibu-ibu KWT ini.
Penulis
Veronika Silvi
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H