Dengan demikian, produksi anggur lokal dapat menjamin kesegaran buah, karena hasil panen dapat didistribusikan secara langsung ke pasar tanpa melalui perjalanan yang jauh. Dukungan terhadap program pengabdian masyarakat dan KWT dalam budidaya anggur tidak hanya menjamin ketersediaan pangan lokal, tetapi mendukung peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan. Dengan berinvestasi dalam ketahanan pangan, maka kita turut mendukung fondasi yang kuat bagi kemandirian pangan pada tingkat lokal dan nasional.
Dengan demikian harapan ke depan ketergantungan Indonesia pada impor buah, khususnya buah anggur, berangsur-angsur bisa ditekan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, target produksi buah anggur Indonesia pada 2030 sebanyak 20% akan tercapai. Kenapa anggur? Anggur termasuk komoditas buah segar yang banyak diimpor Indonesia dari beberapa negara, yaitu Cina (12,2 ribu ton), Chili (8.896 ton), Amerika Serikat (10,1 ribu ton), Peru (6.795 ton), Australia (6.902 ton) dan Afrika Selatan (3.477 ton). Harapannya, ke depan Indonesia mampu memproduksi sendiri, dimulai dari gerakan gaya bertani urban farming oleh kelompok ibu-ibu KWT ini.
Penulis
Veronika Silvi
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H