Mohon tunggu...
Veronika Rizki
Veronika Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang introvert yang tertarik dengan buku sejak umur 5 tahun dan selalu ingin tahu bagaimana dan mengapa dunia bekerja sedemikian rupa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gen Z = Generasi Strawberry?

24 Desember 2024   13:40 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:28 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti yang kita ketahui, terdapat banyak istilah untuk membedakan generasi satu dengan yang lainnya seperti generasi Baby Boomers, X atau Millenials, dan Z. Gen Baby Boomers adalah julukan untuk orang-orang yang lahir pada tahun 1946-1964, Gen X untuk 1965-1980, Gen Y atau Millenials untuk 1981-1996, Gen Z untuk 1997-2012. Istilah-istilah tersebut dicetuskan oleh beberapa orang sesuai dengan keadaan global dan dampak yang dirasakan setelah generasi-generasi tersebut lahir.

Selain namanya berbeda, tiap generasi juga punya karakteristik yang berbeda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, Gen Z adalah generasi yang lebih melek teknologi, kreatif, menerima perbedaan di sekitar, peduli terhadap masalah sosial, dan senang berekspreksi di dunia maya maupun dunia nyata. Namun, gen Z juga memiliki banyak kekurangan, seperti FOMO (Fear of Missing Out) atau takut ketinggalan tren, mudah mengeluh, dan memiliki tingkat kecemasan serta stress yang tinggi. Hal ini juga merupakan akibat dari pesatnya informasi yang bisa mereka dapatkan dari internet dan media sosial yang sudah menjadi bagian dari hidup mereka dari lahir.

Dari semua sifat yang dimiliki oleh gen Z, mereka sering juga disebut sebagai generasi Strawberry. Apa itu generasi Strawberry, siapa pencetus istilah tersebut, dan apa yang membuat gen Z dijuluki sebagai generasi Strawberry? Sabar, sabar, kita akan bedah satu per satu. Generasi Strawberry dicetuskan pertama kali oleh sosiolog Australia, Paul Hirst, dalam bukunya yang terbit pada tahun 1978. Istilah ini ditujukan untuk generasi yang kreatif dan memiliki banyak kemampuan. Namun, generasi ini rapuh, mudah menyerah, dan tidak tahan banting seperti buah stroberi yang eksotis namun mudah hancur apabila ditekan sedikit. Sebenarnya, istilah generasi Strawberry ini ditujukan untuk mereka yang lahir di awal tahun 1970-1980an. Mereka hidup di zaman yang sudah mulai stabil dari segi ekonomi, pendidikan, dan pangan. Oleh karena itu, mereka dianggap tidak memiliki daya juang yang tinggi. Istilah ini muncul kembali di tahun 2010an untuk menggambarkan gen Z yang sekarang sedang dalam masa remaja dan transisi menuju dewasa.

Menurut saya sendiri, bagian dari gen Z, melabelkan gen Z sebagai generasi Strawberry itu kurang tepat karena zaman yang dialami oleh kami dan orang tua kami sudah berbeda. Gen Z hidup di zaman yang serba instan, kami bisa mendapatkan banyak informasi secara langsung dan akurat. Tak hanya itu, kebutuhan kami sehari-hari pun bisa kami dapatkan dengan mudah, cepat, dan murah tanpa harus menginjakkan kaki ke luar rumah. Dari sinilah daya juang gen Z dinilai kurang karena mereka tidak merasakan kerja keras yang diperlukan hanya untuk memenuhi kebutuhan primer sehari-hari. Oleh sebab itu, mereka mencemaskan hal lain yang menurut orang tua mereka kurang penting. Mereka mencemaskan status sosial, kesehatan mental, dan work-life balance mereka.

Dari perbedaan zaman inilah muncul label-label yang menamai setiap generasi. Padahal masalah setiap generasi itu berbeda, mulai dari kondisi ekonomi global, fasilitas kesehatan fisik maupun mental yang tersedia, sampai kondisi sosial yang ada. Menurut saya, label generasi Strawberry untuk gen Z ini tidak cocok karena memang zaman dan kondisi global yang berbeda. Saya mengakui bahwa gen Z masih memiliki banyak kekurangan, mudah menyerah, dan belum tahan banting. Namun, saya yakin seiring berjalannya waktu, gen Z dapat menjadi generasi penerus bangsa yang kuat karena merekalah yang nantinya akan menjadi sosok di balik proyek-proyek besar di dunia karena wawasan mereka terhadap teknologi.

Jadi, apa yang kita bisa lakukan sebagai generasi Baby Boomers, X, Y, dan Z? Tentu saja, mari kita saling menghapus label yang akan membatasi kerja sama kita. Lebih baik kita saling memahami, mendukung, dan membantu agar kita dapat berkolaborasi satu sama lain untuk dunia yang lebih baik. Lalu, sebagai gen Z, marilah kita belajar untuk lebih banyak bersyukur dalam hidup ini, tidak takut untuk menjadi diri sendiri, dan mempunyai pendirian agar tidak mudah terbawa arus di dunia yang serba mudah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun