Mohon tunggu...
veronika dewi saputri
veronika dewi saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta

Percaya Zodiak atau hanya cocologi aja?

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Bisu hingga Film 3D Indonesia Go International?

21 September 2023   14:21 Diperbarui: 7 Desember 2023   05:12 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cnnindonesia.com

Saat ini jika kita ingin menonton film akan sangat mudah bukan? Kita bisa pergi ke bioskop terdekat atau bahkan kita juga bisa menonton dimana saja dan kapan saja menggunakan smartphone dengan platform-platform yang sudah tersedia. Namun, kalian tahu tidak kalau dahulu kala bahkan ada film bisu? Sebuah film yang diproduksi tanpa adanya dialog dan rekaman suara, dengan begitu film tersebut menyampaikan poin cerita dengan menggunakan gerak isyarat, pantomin, dan kartu intertitle atau kartu judul.

Perkembangan dalam dunia perfilman sangatlah pesat. Dibalik berkembangnya industri perfilman, tentu saja tidak terlepas dari beberapa film yang membakar semangat industri perfilman, terutama negara tercinta kita yaitu Indonesia yang mengangkat dunia perfilman karya anak bangsa hingga berhasil meraih penghargaan di festival film internasional dan bahkan sukses untuk tayang di mancanegara.

Membutuhkan perjalanan yang sangat panjang bagi industri perfilman di Indonesia untuk mencapai emasnya. Beberapa film dibawah ini tidak dipungkiri bahwa menjadi inspirasi bagi industri film hingga saat ini.

"Loetoeng Kasaroeng" (1926) Film Bisu dan Film Pendek Pertama

Film pendek pertama dan film bisu yang dirilis tahun 1926 oleh NV Java Film Companyyang merupakan perusahaan film pertama yang berdiri di Bandung ini diproduksi dan disutradarai oleh L. Heuveldorp. Film bisu yang diproduksi pada masa colonial ini dibintangi oleh para anak priyayi atau bangsawan pada masa tersebut. Film "Loetoeng Kasaroeng" dengan durasi 60 menit ini masih memiliki tampilan hitam-putih dan tanpa suara.

Cerita yang diangkat dalam film ini yaitu cerita rakyat Sunda, Jawa Barat yang memaparkan perjalanan Sanghyang Gurminda yang berasal dari Khayangan. Dalam film tersebut menceritakan seorang kakak dan adik yaitu Purbasari dan Purbararang yang saling berkompetisi. Purbasari yang memiliki kekasih seekor lutung diejek oleh Purbararang yang memiliki kekasih yang sangat ia banggakan, Indrajaya. Pada akhirnya, lutung tersebut merupakan seorang pangeran yang tampan melebihi Indrajaya yang merupakan titisan dari Sunan Ambu.

Film Bersuara "Boenga Roos dari Tjikembang" (1931)

Film yang rilis tahun 1931 ini merupakan film pertama yang di produksi di Indonesia dengan suara. "Boenga Roos dari Tjikembang" yang disutradarai oleh The Teng Chun ini merupakan adaptasi dari novel Melayu yang terbit pada tahun 1927. Film ini menceritakan tentang kisah cintang sepasang kekasih yang berasal dari etnis yang berbeda yaitu etnis Tionghoa dan juga etnis pribumi.

Film musikal pertama "Tiga Dara" (1957)

Film Indonesia ini disutradarai oleh Usmar Ismail yang dibalut sebagai film komedi musikal dengan nuansa gembira, penuh dengan cinta dan cukup Hollywood-esque. "Tiga Dara" ini kini dianggap sebagai salah satu tonggak perfilman khususnya dalam film drama di Indonesia.

Kualitas dalam film ini sudah membaik dengan hasil yang lebih tajam dan jernih. Perfini memproduksi film ini dengan merestorasi dengan format yang cukup tinggi yaitu 4K di Laboratotium L'immagine Ritrovata, Italia.

Film ini menceritakan tentang tiga bersaudara wanita lajang Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Neni (Indriati Iskak) yang tinggal bersama dengan neneknya. "Tiga Dara" (1957) ini mengisahkan tentang kisah cinta ketiga saudari tersebut yang di lengkapi dengan iringan music yang sedang populer pada masa itu.

"Kiko and Friends" (2016) Film animasi 3D Indonesia

Sumber: cnnindonesia.com
Sumber: cnnindonesia.com

Kalian suka kartun? "Kiko and Friends" ini merupakan film animasi yang diproduksi oleh MNC Animation dengan mengambil suasana di bawah laut dengan menceritakan keseharian Kiko dan teman-temannya yang seringkali mendapatkan gangguan dari kawanan Karkus dan Pupus. Hebatnya, film animasi 3D karya Anak Bangsa ini tayang di Disney XD di 52 Negara dan mendapatkan penghargaan Asian Academy Creative Award 2019.

Dilihat dari perkembangan film-film tersebut dari film tanpa suara atau film bisu menjadi film bersuara, dan hingga film 3D karya Anak Bangsa yang bahkan bisa tayang hingga di mancanegara. Perkembangan industri film ini tentunya membuktikan bahwa industri film Indonesia telah berhasil berkembang dan mampu untuk bersaing dengan film-film dinegara lain. Selain itu pemasaran film juga tidak terlepas dari perkembangan teknologi, selain harus dating ke biokop untuk menonton film, kini dengan mudah kita bisa menontonnya melalui televisi (era 1950-an), video rekaman (1980-an), internet (1990-an) dan bahkan dengan mudah kini kita dapat menonton secara streaming dengan platform-platform illegal seperti Netflix, Amazon Prime Video, Disney +, dan juga HBO Max.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun