Mohon tunggu...
Ventiana
Ventiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Citraan pada Naskah Drama "Azab Anak Durhaka" Karya Nurmala Irsyad (Kajian Stilistika)

22 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   09:14 3248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AMEL            : (Amel berdiri dan menghampiri meja makan. Ia membuka tudung saji dan kesal melihat lauk yang disajikan ibunya. Ia banting tudung saja yang dipegangnya)

Empat hari lalu lauk makan kita tempe. Tiga hari lalu lauk makan kita tahu. Lusa lalu tempe lagi. Hari ini tahu lagi.

Aaarrggghhh... (Sambil membuang piring berisi tahu)

IBU                   : (Mengambil tahu-tahu yang jatuh) Kita harus menghargai makanan Amel...

AMEL            : Amel bosan dengan makanan yang ibu masak! Ibu selalu ingin Amel jadi anak pintar, tapi untuk asupan makan Amel, ibu cuma bisa masak tempe dan tahu aja.

IBU                 : (Mendekati Amel dan menyentuh lengannya) "Untuk menjadi anak pintar tidak perlu makan yang berlebihan, Mel. Kamu harus belajar dengan giat. Lagipula, tempe dan tahu juga bergizi, Nak dan uang kita hany cukup untuk beli itu."

Pengunaan citraan penglihatan dalam nasakah drama "Azab Anak Durhaka" karya Nurmala Irsyad melukiskan karakter tokoh dan suasana. Karakter amel sangat sombong, suka melawan dan tidak menghormati orang tua, cerewet, serta tidak bersyukur. Suasana dalam dalam dialog diatas menggambarkan kemarahan dan menyedihkan. Amel marah kepada ibunya karena selalu makan masak yang sama setiap hari. Amel tidak bersyukur dengan apa yang disajikan ibunya. Hal ini tentu membuat ibunya merasa sedih. Meskipun sang ibu merasa sedih, dia tetap sabar menghadapi sikap ambil yang begitu sombong dan tidak bersyukur serta tidak menghormatinya sebagai orang tuanya. Selain citraan penglihatan pada naskah drama "Azab Anak Durhaka" juga menggunakan citraan gerak dan citraan pendengaran. Citraan gerak ini dapat dilihat pada;

NARATOR

Hari semakin sore dan langit semakin menghitam. Angin berlomba berlari-lari ke sana kemari. Kilat nampak  seperti sedang pemotretan. Mendadak Amel gelisah dengan keadaan itu. Angin lantas bermain-main di sekitarnya.

Pengunaan citraan gerak pada naskah drama " Azab Anak Durhaka" karya Nurmala Irsyad ini sangat jelas, bisa dilihat pada kalimat "kilat nampak seperti pemoteran dan angin lantas bermain-main di sekitarnya" dengan mengunakan majas personifikasi untuk melukiskan atau menggambar situasi saat itu sehingga membangikitkan imajinasi pembaca.  Perlu dipahami sebelumnya bahwa, citraan gerak menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukisakan sebagai dapat bergerak. Citraan pendengaran dalam naskah "Azab Anak Durhaka" Karya Nurmala Irsyad dapat dilihat pada dialog berikut;

AMEL            : "Ada apa ini? Tidak! Tidak! Pergi! AAAARRGGHHHH!" (Suara petir besar terdengar dan menyerang wajah Amel)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun