Era digital ini memudahkan kita menemukan berbagai informasi dalam hitungan beberapa detik. Setiap harinya kita dibanjiri dengan berbagai informasi dari media massa dan media-media tersebut berlomba-lomba untuk siapa dulu yang mengeluarkan berita. Sangat berbeda dengan masa di mana media massa berjaya, kepastian informasi menjadi salah satu indikator berita yang baik. Dengan begitu sangat rawan sekali di saat ini untuk mengonsumsi berita yang dikeluarkan media massa online dengan mentah-mentah.
Memang di media cetak juga terdapat beberapa indikasi penyalahgunaan media. Namun, kali ini kita akan lebih berfokus pada pembahasan di media online sebab saat ini sebagaian besar dari kita lebih akrab dengan penggunaan media online dibandingkan media cetak. Dimana 88% orang menggunakan media online dibandingkan penggunaan media cetak sebanyak 17% (Reuters Institute, 2022).
Lalu mari mengenal terlebih dahulu apa itu media online dan analisis wacana kritis yang dapat kita gunakan untuk menelaah teks yang akan kita baca sehari-hari. Media online menurut Ashadi Siregar adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia. Media online memiliki keuntungan terkait permintaan pasar yang ingin mendapatkan informasi dengan cepat.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa sebagai sebuah praktik sosial. Melalui pendekatan analisis wacana kritik kita dapat melihat adanya sebuah ideologi atau kekuasaan yang disembunyikan dari wacana teks yang dipublikasikan oleh media online tersebut. Jadi, Â ketika menemukan suatu berita secara online sudah seharusnya kita mencoba menelaahnya dan jangan ditelan mentah-mentah. Ingat, setiap tulisan mempunyai sudut pandang dan kepentingan yang bisa saja mempengaruhi pandanganmu.
Hal yang pertama yang dapat kita lakukan untuk memastikan objektivitas berita yang kita terima adalah memastikan darimana berita ini bersumber. Terkadang suatu media memiliki afiliasi dengan organisasi tertentu sehingga berita yang dikabarkan cenderung dikaburkan dan kurang objektif. Maka dari itu, coba cari dan bandingkan hasil pemberitaan mengenai suatu kasus dari beragam media sehingga kamu dapat memperoleh suatu sudut pandang yang lengkap dan tidak terpaku pada satu versi saja.
Jika media cetak mendapatkan keuntungan dari jumlah pembaca yang membeli dan memasang iklan di hasil cetak di media tersebut seperti: koran dan majalah. Maka media online mendapat pemasukan dari total jumlah visitor yang mengunjungi website mereka dan melihat iklan yang tampil bersamaan dengan berita yang ditayangkan. Oleh karena itu, teman-teman jangan heran jika melihat sebuah artikel yang menggunakan bahasa terkesan sensasional atau memancing emosi. Siapa tahu, berita itu dibuat hanya untuk meraup keuntungan dengan banyaknya visitor yang melihat iklan atau untuk mengemas suatu pesan tertentu yang dapat memicu emosi jika pembaca tidak membaca dengan bijak.
Ketika disungguhkan dengan suatu pembahasan tentu saja kita akan lebih tertarik dengan suatu pemberitan yang didukung bukti-bukti yang jelas seperti data dan statistik. Namun, sekali lagi jangan ditelan mentah-mentah. Cari tahu darimana sumber data itu berasal dan bagaimana cara mengumpulkannya. Apalagi jika suatu berita tidak menyebutkan sumber, maka hal tersebut patut sekali untuk diwaspadai. Terkadang berita yang tidak benar menggunakan data palsu untuk membuat pembaca percaya bahwa berita yang mereka bawakan itu benar.
Selama ini tentu saja ada banyak berita-berita yang kontrovesial yang telah dikeluarkan di media online. Nah,coba teman-teman telaah sekali lagi bagaimana media-media tersebut: berusaha mengemas pesan yang disampaikan; penggunan diksinya; sumber data yang digunakan; bagaimana proporsi antara konten dan iklan; atau apakah berita tersebut hanyak clikbait yang judul dan isinya tidak sama. Dari situ teman-teman akan lebih kritis dan melihat apakah ada kemungkinan untuk manipulasi informasi dan fakta-fakta yang disembunyikan.
Manipulasi informasi dan berita hoaks sangat merugikan masyarakat karena kita sebagai anggota masyarakat yang satu dan utuh berusaha dipecah-pecah oleh informasi yang subjektif dari media tersebut. Teman-teman bisa mengatasi hal tersebut dengan: belajar lebih banyak terkait topik yang teman-teman ikuti, berdiskusi dengan orang lain untuk menilai suatu topik dan membagikan pengetahuanmu terkait berita palsu. Dengan begitu, masyarakat akan menjadi lebih cerdas dan terhindar dari manipulasi informasi.
Mari, mulai saat ini kita buka mata kita lebar-lebar terhadap berita-berita yang kita konsumsi. Melalui analisis wacana kritis, kita bisa melihat suatu berita secara lebih kompleks. Selalu gali fakta, kritisi bahasa dan statistik, serta perhatikan framing yang digunakan media. Dengan menjadi pembaca yang cerdas dan kritis, kita bisa melindungi diri dari berita palsu dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih berpengetahuan. Selamat membaca dengan mata kritis!
Penulis: Veronika Antonia Ruslam
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia.
Daftar Pustaka:
Ashadi Siregar, 2006.Etika Komunikasi, Pustaka Book Publisher.
Ghassani, M. A. (n.d.). Wacana Berita Kriminal Koran Jawa Pos: Analisis Wacana Kritis RogerFowler [Journal]. Journal of Universitas Airlangga. Retrieved July 30, 2023, fromhttp://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-skripf2debcbdbcfull.pdf.
Reuters Insititute. 2022. Â "Digital News Report", https://reutersinstitute.politics.ox.ac.uk/digital-news-report/2022, diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H